Dalam darah Teater 2-puluh bertemu dua arus utama aliran; filsafat & theology, seperti apa yang diancangkan para founding fathers. Teater 2-puluh, secara substansial mengambil ide dasar sifat wajib Allah dengan asumsi bahwa kita semua bukan apa-apa.

ASylUM

Selasa, 16 April 2013

NARATOR
Apa yang ada dalam kepalaku ini........
Sebuah kebenaran yang telah ditancapkan ketika aku pertama kali nyirnyirnya darah kehidupan ini, dari setetes kebahagiaan ayng telah membatu.
Berbagai macam kata dan kalimat saling sengkarut, menjadi atau dianggap absah sebagai pengetahuan.
Sebuah janin yang nantinya kita anggap sebagai kebenaran
Dan tunggulah suatu saat ia akan menguasai kita
Mengusai ras yang bernama manusia, dan inilah sebuah narasi yang tak sempat terbaca, atas matinya manusia........
SI GILA 1
Waktunya sebentar lagi akan tiba (dengan gemetar dan ketakutan), Ketika semua manusia berfikir tidak atas nama dirinya, Ketika keyakinannya melampaui batas yang tak terhingga, Batas yang kebenarannya telah ditentukan Tuhan sebelumnya. Alur keabadian telah mengguncang dan memporak-porandakan Tatanan kosmis, menjadikannya pecah berkeping-keping, Dan serpihan kebenarannya telah menancap dalam tempurung otakku. Dan “aku” dipaksa untuk menjadi agen kebenaran yang sengaja telah diciptakan, Ditata, dilemahkan, kemudian diganti dengan kebenaran baru yang –
SI GILA 2
Harus segera mendekatkan diri-
SI GILA 1
Semakin asing dan tak terpahami, aku telah dijadikan kelinci percobaan oleh-nya.
Setiap hari aku makan, jalan-jalan, menggauli istri, kemudian mencuci kelamin palsu lalu tidur dan bermimpi bertemu tujuh bidadari yang semuanya memakai baju besi.
Apa....?!? mendekatkan diri...?!? (terkejut dan merèmèhkan)
Hahahaha...... jadi kau tidak tahu...? coba dengar, kata Tuhan telah hilang dari korpus resminya, menghilang secara misterius, terbang seperti angin, oh tidak...tidak...tidak, seperti lukisan perempuan yang meliuk-liuk dalam tempurung otakmu, kemudian.....hahaha.....
SI GILA 2
Pada kematian...!!!
SI GILA 1
Apa kua bilang...?!? caba ulangi sekali lagi...!!!
SI GILA 2
Tentunya kau tidak terlalu bodoh untuk membuat satu kesimpulan tanpa terlebih dahulu menata premis-premisnya. Tapi menurutku, penyakitmu belum sampai stadium lanjut, masih ada, dan saya kira masih banyak obatnya. Tentunya......
SIGILA 1
Coba katakan, katakan, apa yang harus segera aku telan, teteskan, atau bila perlu aku bersedia untuk dibedah dan menyayat tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kau tahu, aku telah bermimpi tentang oabt-obat itu. Jadi..... bisa diberikan sekarang...?!?
SI GILA 2
Oh, tidak, tidak.....
SI GILA 1
Lantas.....?!?
SI GILA 2
Jangan hawatir (tersenyum) amat banyak obat dan caranya.
SI GILA 1
Tidak keberatan kalau diberikan padaku satu...?!? (mencoba merayu)
SI GILA 2
Tidak cuma sama satu, tai semuanya....
SI GILA 1
Ha...(terkejut) benar...?!?, (tertawa terbahak-bahak) kau lebih pantas menjadi kuda hitam, tapi bukan maksudku memperpendek umurmu. Tapi begitulah kenyataanya, (diam sebentar dengan memutar-mutar bola matanya) lebih tepatnya (dengan berbisik) kebenarannya.
SI GILA 2
Iya, kau benar. Di negeri ini, yang katanya menjunjung tinggi hak manusia, tapi ketika orang bicara dengan atas nama manusia pasti mati muda. Penyakit telah menjangkiti setiap isi negeri ini.
SI GILA 1
Dan kau, berapa umurmu...?!?
SI GILA 2
Kalau aku menyinggung perasaanmu, sebelumnya maafkan aku. Baiklah (menghembuskan nafas berat) sebenarnya, aku tidak masuk dalam alur cerita, setting maupun waktu, bahkan aku tidak pernah dianggap sebagai manusia, lebih tepatnya hanya sebagai golongan tersendiri atas ras manusia dalam skenario ini. Sekali lagi maafkan aku, kau amnesia...?!? atau otakmu telah dicuci bersih...?!? ataukah, (seolah ragu untuk meneruskan) kau memang gila...?!?
SI GILA 1
Makanya kau bisa dan mampu bertahan sampai sampai tumbuh uban. Aku tidak meragukannya, sebaliknya, sangat percaya. Asal kau tidak lagi bicara layaknya presiden negeri ini. Suaranya menggema seperti singa, berwibawa seperti srigala. Tapi jangan heran, ketika kau dekati dan coba kau jitak kecil tempurung kepalanya, kemudian dengarkan. Didalamnya kosong tidak ada apa-apa, karena “apa-apa”-nya telah digantung indah diatas menara gedung putih.
SI GILA 2
Kau tahu dari mana...?!?
SI GILA 1
Tukang cukur...!!! (tertawa terbahak-bahak)
SI GILA 2
Sssttt...., ada yang datang...!!! (keduanya diam)
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua-satu-dua (muncul dari kanan panggubng)
(Keduanya mengamati dan heran melihat orang berjalan dengan kedua tangannya)
SI GILA 1
Ahahaha....(ia meringis kesakitan, memegangi kepalanya) mana obatnya, mana obatnya. Cepat, penyakitku kambuh, dan aku sudah tak tahan lagi...cepat berikan...!!!
SI GILA 2
Anjing...!!! (kemudian ia menutup hidung dengan kausnya)
SI GILA 1
(tersentak dan heran) suatu hari ada seorang pelacur berjalan pulang dari tempat mangkalnya, aku tidak tahu, apa ia cantik atau tidak, kilitny putih mulus atau malah hitam bersisik. Karena semua tubuh kecuali kedua matanya tertutup oleh kain, jubah panjang yang biasa ia pakai untuk dinas malam. Ketika ia melewati persimpangan kiri jalan, ia melihat anjing kurus dan kehausan, entah ia tahu dari mana kalau anjing itu kehausan, kemudian ia memberikan minum, saya juga tidak tahu dari mana ia mendapatkan air, tapi begitulah menurut cerita yang aku dengar. Kemudian pelacur itu dikabarkan mati dan masuk surga.
SI GILA 2
Kehebatan media masa, kokoh tak tertandingi..!!
SI GILA 1
Mungkin sebentar lagi, tidak ada pelacur yang masuk surga. Karena jangankan memberi minum anjing, untuk diminum sendiri saja kurang dan lagian, kita kan tidak boleh dekat-dekat dengan anjing. Najis seperti orang melarat di negeri ini.
SI GILA 2
Tertutup sudah pintu surga bagimu pelacur. Dan kasihan kau orang melarat di negeri ini, bumimu tak bisa lagi digunakan untuk berpijak, udaranya tak layak untuk dihirup. Dan tentunya setelah bergaul dengan kau orang melarat, tubuh yang suci ini harus dibasuh tujuh kali yang salah satunya dengan tanah liat. Ah, ternyata mengerikan juga kau orang melarat. Sumpah demi Kau Yang Maha Kuasa, jauhkan aku dari sifat orang melarat.
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua......
SI GILA 2
Apa itu...?!?
SI GILA 1
Tidak masuk akal kalu kita namakan dia manusia. Lihat saja, ia berbeda dengan kita, kepalanya dua, tapi kepala kita satu. Secara fisik saja beda, apalagi secara non-fisik.
SI GILA 2
Tapi mirip...
SI GILA 1
Dan mirip tidak selalu sama dengan, dalam tanda petik “sama”..!!, benarkan...?!?
SI GILA 2
Berarti (ia berfikir sebentar) membuyarkan orang-orang tahlilan mirip dengan membunuh singkretis agama dan budaya, begitu...?!?
SI GILA 1
Lebih tepatnya begini: membuyarkan orang-orang tahlilan, tanda petik “sama” dengan membunuh tradisi. Atau, membuyarkan orang-orang tahlilan, tanda petik “sama” dengan bid’ah dan harus dibunuh.
SI GILA 2
Atau dengan kalimat lain misalnya: kebenaran tunggal harus dihidupkan tetapi pada saat yang sama mematikan kebenaran yang lain. Kayaknya sedikit pas dengan kalimat ini, benar tidak...?!?
SI GILA 1
Tinggal buktikan saja, kalau kamu sebentar lagi mati berarti benar, kalu tidak berarti salah, mudahkan...?!?
SI GILA 2
(ia menyentuh dan berusaha melihat uban dikepalanya) apa sudah tumbuh uban, coba kamu lihat (ia mendekatkan kepalanya).
SI GILA 1
Jangan hawatir, sudah aku duga. Kamu akan mati tua..!!
SI GILA 3
Dua-satu-dua-satu-dua- karena kau takut mati...!!! (keduanya terheran-heran).
SI GILA 1
Kamu apa...?!?
SI GILA 2
Bisa diceritakan dari mana kau berasal...?!?
SI GILA 3
Yang jelas aku seorang sarjana dan aku dari sekolahan.
SI GILA 2
Aktivis...?!?
SI GILA 1
Gedibal penguasa...?!?
SI GILA 2
Anjing penjaga demokrasi...?!?
SI GILA 1
Alat pemanfaatan orang-orang melarat...?!?
SI GILA 1 & 2
Atau (kedua matanya melirik kanan dan kiri) musuh besar...?!?
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua...lebih tepatnya; korban sejarah. Aku dikeluarkan dari sekolah hanya karena tanya, kenapa sekolah harus memakai sepatu dan memakai bangku. Toh keduanya tidak ada hubungannya dengan èncèr tidaknya otakku.
SI GILA 1
Sarjana...?!?
SI GILA 3
Kata tandingan.
SI GILA 2
Maksudnya...?!?
SI GILA 3
Maksudnya siapa...?!?
SI GILA 2
Yaa, maksudnya kamu-lah, terus siapa lagi...?!?
SI GILA 3
Hahahaha......(ia terbahak-bahak) kamu pernah sekolah...?!? (keduanya mengangguk) wisuda...?!?
SI GILA 1 & 2
Semester tujuh (jawab dengan berbarengan)
SI GILA 3
Ip...?!?
SI GILA 1 & 2
Diatas tiga koma (jawab dengan bareng)
SI GILA 3
Prèmature...?!? masuk akal. Kalian goblok seperti dosen kalian yang sok mempunyai legalitas terhadap ilmu pengetahuan. Kebenarannya tidak bisa di ganggu gugat. Seolah ingin menyaingi kebenaran dalam mata Tuhan. Dan pada saat yang sama tidak memandang manusia sebagai manusia.
SI GILA 1
Apa ada penjelasan lain...?!?
SI GILA 3
Kamu tadi bertanya dengan kalimat; maksud-nya..?? betul tidak...?!? tidak salah (si gila 2 mengangguk) dan kamu bertanya dengan siapa...?!? sama aku kan...?!?
SI GILA 2
Yap...!!!
SI GILA 3
Kamu dan aku kan...?!? kita berdua kan...?!?
SI GILA 2
Benar...!!!
SI GILA 3
Kamu tahu “nya” itu kata untuk orang keberapa...?!? orang ketiga kan...?!? berarti kamu tidak bertanya kepada saya, berarti bertanya dengan orang lain selain kita berdua. Kalau tidak dibilang gila, kamu tidak menganggap aku sebagai manusia, begitu...?!?
SI GILA 1
Kan sudah biasa...(timpal yang lain)
SI GILA 3
Oh, kalau sesuatu yang semula salah terus menjadi benar karena dianggap biasa, begitu...?!?
SI GILA 2
Kira-kira (tersenyum sinis)
SI GILA 3
Kalau aku terbiasa membhunuh, memperkosa, dan menganiaya keluargamu bagaimana...?!?
SI GILA 1
Tidak mungkin, karena mereka berpakaian sopan dan tertutup, semua bagian tubuhnya yang dianggap bisa mempompa libido laki-laki, jelasnya; sangat sesuai dengan perintah ustadz yang berlagak selebritis. Yang setiap hari mengobral janji-janji kenikmatan surga, memakai kostum layaknya agamawan beneran.
SI GILA 3
Kamu tahu pemerkosaan pertama kali dari mana...?!?
SI GILA 1
Negeri padang pasir, dalam tanda petik “Arab”.
SI GILA 3
Kenapa tidak terjadi di Texas atau Hawai misalnya...?!?
SI GILA 2
Seorang perempuan yang hamil baru tiga atau empat bulan, memakai daster kembang-kembang warna putih transparan. Berjalan sendiri, aku telah memperkosannya dengan atas nama cinta. Beberapa kali dengan perempuan yang berbeda, tapi sama-sama lagi hamil tiga atau empat bulan, karena itu kemauan hasrat libidoku yang aku anggap sangat fundamental.
SI GILA 1
Hahahaha, kalau hasrat libidoku sangat suka dengan perempuan paruh baya yang berdandan mènor. Dengan dada dan bokong yang sangat besar, karena disitula hasrat libidoku akan dilabuhkan, seperti berlayar dalam samudera dengan badai yang mengamuk, sengguh dahsyat.
SI GILA 3
Dua-satu-dua-satu-dua-satu...mahjalah play boy...
SI GILA 1 & 2
Tidak masuk dalam kualifikasiku (jawab bareng)
SI GILA 3
Kenapa dicekal...?!?
SI GILA 2
Sssttt...(matanya melirik kana-kiri) jangan terlalu lantang. Banyak mata dan kuping yang berkeliaran dalam ruangan ini, tidak kelihatan karena mereka seperti iblis yang menjelma udara yang kita hirup, menelusup dalam kerongkongan, turun kejantung dengan sangat halus dan lembut.
SI GILA 1
Politis ( jawabnya nyaris berbisik) isu pesanan untuk merebut kekuasaan. Untuk membangun Negara agama di negeri ini. Agama dengan kebenaran tunggal, negeri ini yang berbeda-beda harus dijadikan satu. Apapun yang terjadi, mereka telah mengangkat panji-panjiu itudan sebentar lagi akan dikibarkan.
SI GILA 3
Dan “yang lain”...?!?
SI GILA 1
Dikejar dan dibumi hanguskan. Sudah...!!! lebih baik tanya yang lain saja. Yaa, biar darah kita tidak menjadi halal, itu saja.
SI GILA 2
Tuhan, apakah yang salah dalam kitab suci-Mu, aku telah melihat negeri ini akan menjadi negeri “fasis” seperti di Rusia, tapi mereka tidak sadar (suaranya hampir berbisik), dan yang sadar, sebagian telah dibungkam dan yang lain telah dikumpulkan dalam ruangan seperti ini tapi bagian yang lain.
SI GILA 3
Mereka diberi otak, tapi rupa-rupanya tidak serius menggunakannya. Agama berubah dijadikan Tuhan, dan Tuhan yang sebenarnya telah diusir entah kemana.
SI GILA 1
Tuhan yang di usir hanya dimiliki orang-orang miskin, melarat, tertindas, dilemahkan, di intimidasi dan dicuci otaknya.
SI GILA 3
Beruntung aku masih punya kitab suci.
SI GILA 2
Bunyinya...?!? tapi itupun kalau kau masih percaya sama manusia, seperti aku yang tidak diperjelas jenis kelaminnya.
SI GILA 3
Begini...!!! (diam sebentar, memutar kedua matanya kesana-kemari)...Tuhan akan mewariskan bumi ini kepada orang-orang tertindas, yang dilemahkan, dimiskinkan, dibodohi, disakiti, dipinggirkan, dikebiri, dicuci otaknya, yang terluka...begitulah kira-kira adaptasi artinya.

SI GILA 1 & 2
Horeee...!!! (serentak, keduanya melonjak kegirangan, musik membahana kedua penari).
SI GILA 3
Tapi waktunya kapan...?!? aku juga tidak tahu.
(musiak tiba-tiba berhenti, keduanya terkejut dan mematung)
SI GILA 1
Apa tak ada alternative...?!?
SI GILA 3
Yang aku tahu (menggelengkan kepala) tidak ada. Ia telah menancapkan dan membentuk ini (menunjuk kepada kepalanya) dengan sangat canggih dan hampir tidak terasa dan tanpa disadari, dan tiba-tiba kau sendiri menjadi agen kebenaran yang diciptakan, melawan kebanaran lain yang telah ada sebelumnya. Dalam tunuhmu telah terjangkiti penyakit itu, kau tidak bisa mengelak. Sekali kau menoleh dari kesadaran itu maka kau akan dianggap gila, tak bermoral kemudian darahmu menjadi halal lalu kau akan dibunuh dengan sadis atas nama kebenaran.
SI GILA 2
Tahun ‘60-an dan ’97 / ’98...?!?
SI GILA 3
Hahahaha, angka kebanggaan yang juga telah ditancapkan dalam otak kita. Tapi hanya sebagai angka tanpa makna dan tidak akan berarti apa-apa. Angka –angka itu hanya simbol kemenangan bagi orang yang cinta dengan cangkang, tapi isinya tetap sama. Mungkin kau salah satunya...?!? atau kau hanya melihat dilayar kaca...?!? aku tidak tahu. Yang jelas apa yang telah dilakukan minimal sedikit merubah alur nalar, aku –
SI GILA 1
Dan reformasi...?!?
SI GILA 3
(tersenyum sinis) aku tidak percaya.
SI GILA 2
Kau fatalis...?!?
SI GILA 1
Skeptis...?!?
SI GILA 3
Apapun yang kalian tuduhkan padaku, aku terima, tapi itu adalah kenyataan yang tidak bisa begitu saja kita terima kehadirannya, tak ada pilihan lain kecuali meng-amini-nya.
SI GILA 1
Hahahaha, aku curiga; jangan-jangan tubuhmu juga telah dijadikan laboraturiu-nya...?!? berarti kau sama dan tidak berbeda dengan kita. Sama-sama menjadi agen kebenaran tanpa disadari. Sudah lama, aku telah menganggap diriku buta walaupun masih bisa melihat, karena babarepa kali aku telah terjatuh kedalam lubang yang sama.
SI GILA 2
Keledai...!!!
SI GILA 1
Aku tidak tahu benar, apa yang kau maksudkan dengan “kenyataan” itu tadi. Aku hanya ingin mempertanykan ulang dan aku rasa kau sendiri tidak tahu dan tidak akan pernah tahu daru mana kau peroleh kata itu. Kalau kata itu kau peroleh sebelum kau lahir atau setelah kau dapat membaca dan menulis dibangku sekolah. Dan parahnya, kita tidak tahu pasti bagaimana ia menancapkan kebenaran palsu dalam kenyataan ini tiba-tiba kita membebek dibelakangnya tanpa tahu apa-apa.
SI GILA 3
Bebek (dengan menahan gelak tawanya) kwek-kwek-kwek-kwek (berjalan meniru bebek) kalau itu aku sangat faham, karena aku diajari sejak kecil sampai dewasa, sehingga tak perlu susah-susah belajar. Negeri –
SI GILA 1
Sssttt jangan keras-keras. Negeri inipun telah menjadi bebek besar (suaranya hampir berbisik) siap digiring kesana-kemari tanpa tujuan yang jelas dan anehnya ini sangat disadari kalau negeri kita dianggap negeri bebek. Tapi yang paling aneh kita malah bisa hidup kalu tidak memerankan diri menjadi bebek. Negeri yang benar-benar aneh...
SI GILA 2
Hidup negeri bebek (suara tawa ketiganya membahana) hidup negeri bebek......
SI GILA 1 & 3
Sssttt kau dengar, ada yang datang. (ketiganya tabloo).
(dari depan panggung terlihat sipir dengan memakai ikat kepala dari surban, baju tentara dan celana guru, menyèrèt perempuan).
SIPIR
Ibu rumah tangga, sekaigus bisa kalian anggap sebagai pelacur; biar hasrat libido kalian terpompa dan semakin kerasan dengan ruang kalian (ia meninggalkan perempuan itu tergeletak, lalu pergi)
(ketiga segera mengelilingi perempuan yang masih tegeletak, nafasnya tersengal dan kedua matanya menatap tajam, ia tidak berberak)
SI GILA 1
Barang baru ...?!?
SI GILA 2
Kayaknya iya...?!? (mengamati wajah perempuan)
SI GILA 1
Korban DOM (Daerah Operasi Militan)...?!?
SI GILA 2
Bukan-bukan, matanya sipit, takdir sebagai orang keturunan di negeri ini.
SI GILA 3
Kasihan...
SI GILA 2
Lihat kemaluannya...?!?
SI GILA 1
Jangan...!!! bisa jadi dalam kemaluannya telah dipasangi BOM (ketiganya mundur dengan serentak) mungkin salah seorang yang sudah tidak berani hidup. Teroris...!!!
SI GILA 3
Salah seorang pembela agama dengan atas nama kematian Tuhan dan manusia. Mereka semua tidak bisa memahami hidup dengan segala hukum yang berlaku atasnya. Potong kompas, kemudian, kematian adalah solusi terakhir untuk menuju abadi, tanpa penindasan dan tanpa pembunuhan. Ia adalah negeri atas awan. Lagi-lagi telah ditancapkan dalam tempurung kepala kita, nyaris setiap hari.
PEREMPUAN
Jangan salahkan agama, mereka adalah sebagian kecil dari oknum (sela perempuan tiba-tiba, kemudian duduk dengan memeluk kedua kakinya).
Mereka mati karena menganggap hidup ini tidak layak untuk dihidupi. Dan mereka sangat percaya akan hal ini. Mereka mencoba mencari jalan lain, karena kenyataan ini dirasa telah banyak menimbulkan dosa, sehingga mereka secara berkelompok mencari duni baru yang terbebas dari semuanya. Sekali lagi jangan salahkan agama...!!!
SI GILA 1
Hahaahahaha, maaf, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Coba kepalamu kau bentur-benturkan tembok dengan keras, mungkin ya, hitung-hitung menjadi sok terapilah, biar posisi otakmu kembali seperti semula. Tidak carut marut seperti itu.
PEREMPUAN
Maaf kau bertanya tentang aku atau mempertanyakan posisi otakku? Bukankah kita yang dikumpulkan dalam ruangan ini telah dianggap gila? Sehingga, apakah beda posisi otakku dengan otakmu, kalau demikian?!
SI GILA 3
Perempuan yang cerdas, aku suka, tapi sayang tidak hamil muda. Memang benar apa yang tadi kau katakan, agama tidak bisa disalahkan, karena lagi-lagi oknumlah yang harus disalahkan karena tidak memahami sekaligus mempraktikan ajran agama secara benar, tapi-
SI GILA 2
Iya benar!
SI GILA 1
Tapi, kalau agama memang benar tapi tidak mampu mempengaruhi para penganutnya maka, bagaimana membuktikan kebenaran agama itu?
SI GILA 2
Hahahaha, aku suka! Pembelaan yang sangat kritis.
SI GILA 3
Lalu apa gunanya agama yang benar tetapi tidak mampu mempengaruhi watak para pemeluknya?
PEREMPUAN
Pertarungan yang tidak seimbang, antara laki-laki dan perempuan. Aku mengaku kalah, biasa perempuan harus kalah dihadapan laki-laki, begitukan kira-kira takdirnya? Tapi bukankah kebenaran tidak untuk diperdebatkan, tapi harus dilakukan. Ya, minimal aku telah melampauinyalah, jadi saya berhak untuk unjuk kekuatan disini, apa ada yang tersinggung?! (tersenyum mengejek)
SI GILA 2
Misalnya?
PEREMPUAN
Aku sangat mencintai suamiku, aku percaya padanya. Aku mencoba menjadi ibu rumah tangga .yang baik, memasak, mencuci, bersolek untuk suami dan meneeruskan garis keturunan. Sebuah keniscayaan menjadi ibu rumah tangga yang ideal, setidaknya menurut yang aku pahami. Dan kebenaran yang aku cita-citakan.
SI GILA 3
Kesalahanmu?
PEREMPUAN
Tidak tahu! Tapi sebelum masuk kesini, seorang perempuan berwajah sangar, meludahiku sembari berkata “dasar perempuan tradisional, tidak sadar gender” lalu ditutup dengan menghisap rokok dalam-dalam. Coba kalian dengar dan ingat; “tidak sadar gender” masakan apalagi itu. Dan aku tidak dalam rangka main-main, kalimat itu yang harus di cetak tebal sekaligus dengan huruf kapital
SI GILA 1
Bagus, bagus (dengan tepuk tangan) teater tragedy yang akan berakhir dengan kesedihan, sekumpulan orang yang dianggap tidak bermoral dijadikan satu, karena menghambat kemajuan sebuah jaman. Pilihannya adalah tidak diperbolehkan mati dengan mudah.
SI GILA 3
Mengajukan petisi?
SI GILA 2
Menuliskan permintaan maaf?
PEREMPUAN
Dengan tinta darah, untuk menunjukkan keseriusan dalam penyesalan?
SI GILA 1
Sama saja, T-A-K T-E-R-M-A-A-F-K-A-N. TITIK! Kalaupun berhasil keluar dari sini, maka asylum yang lebih besar menanti di ujung lorong, depan gerbang bangunan ini. Karena semua orang akan memandang dengan pandangan yang sama, sama-sama menganggap kita gila, abnormnal dan harus diasingkan dan dijauhkan dari masyarakat luas. Karena penyakit kita dianggap menular. Ingat, orang gila tidak boleh ada keluarga, keluarganya adalah keterasingan dan kegilaannya. Setidaknya menurut buku yang pernah aku baca, mengatakan demikian.
PEREMPUAN
Dan kita?
SI GILA 1
Sebenarnya tidak boleh, tapi aku menduga konsep yang di pakai masih mentah, belum matang. Tunggulah dua puluh atau lima puluh tahun yang akan datang maka dalam ruangan ini akan menghapus dan mengubur kata ganti “kita” sekaligus memapankan kata ganti “aku, dirimu, dan mereka” sebagai satu-satunya kebenaran tunggal, dan ini harus dipercayai..!! kamu dari mana...?!? (tanyanya pada perempuan)
PEREMPUAN
Yang jelas, dari keluarga baik-baik. Petani...!!!
SI GILA 2
Aha..., orang agraris rupanya yaa...!?! bagaimana, masih tetap menanam padi...?!?
SI GILA 3
Atau masih menanam dendam...?!?
SI GILA 1
Atau kedua-duanya barangkali...?!?
PEREMPUAN
Sejarah yang penuh dengan geram dan air mata, bahkan darah. Jelasnya dengan bahasa mahasiswa (ia berfikir sebentar) oh ya: land reform, agraris reform, atau form form yang lainlah, yang jelas begitulah.
SI GILA 1, 2 & 3
Sssttt....!!! jangan keras-keras, nanti kedengaran orang.
PEREMPUAN
Memangnya kenapa...?!? (tanyanya dengan berbisik)
SI GILA 2
Kamu akan dianggap PKI.
PEREMPUAN
Apa masalahnya...?!? aku kan rajin sembahyang...!!!
SI GILA 1
Tidak penting kamu sembahyang atau tidak, kamu akan digorok, baru tahu rasa lho.
SI GILA 3
Aduh..!! negeri macam apa ini...memangnya orang pintar di negeri ini semua mati muda apa...?!? ko tidak pernah ditanyakan, hubungan PKI dengan anti Tuhan itu apa...?!?, ko tiba-tiba main sikat saja.
SI GILA 2
Hus... itu pertanyaan yang tabu untuk dipertanyakan.,ra ilok kui...!!!
SI GILA 1
Ya, mau diapakan lagi semuanya seolah-olah telah terjadi begitu saja. Yang jelas siapapun itu yang membuat sejarah yang demikian detail dan misterius sangat cerdas, aku suka dengan orang-orang cerdas. Begitu rapi, rinci, dan tertata, ibarat puncak gunung es dan akarnya jauh kedasar bumi.
(sepi)
SI GILA 1
Lihat....(semua menoleh keatas) gantungan tambang itu sengaja dipasang disitu, siapapun yang ingin mencoba, atau sebelah sana (semua berganti melihat sebuah meja yang penuh dengan pisau, silet....)
PEREMPUAN
Iiihhh.... mengerikan...!!!
SI GILA 2
Tidak juga, ini semua adalah fasilitas yang diberikan pada kita. Dan mereka yang berada di luar ruangan ini menikmatinya sebagai seni.
SI GILA 3
Ya, benar. Sebagian orang menganggap bahwa, antara kehidupan dan kematian terasa nikmat, melampaui kenikmatan bersetubuh dengan orang-orang yang kalian cintai, jaraknya sangat dekat tapi begitu dahsyat...
PEREMPUAN
Seni...?!? katamu...?!?
SI GILA 1
Sekarang bayangkan, bagaimana seorang manusia dapat membantai manusia lain dengan tanpa perasaan...?!?
SI GILA 2
Ada beberapa kemungkinan..!! bisa juga dianggap sebagai seni sehingga kengerian dan menakutkan akan menjadi perasaan mental yang dipenuhi dengan keindahan, hasrat, yaa....bisa dibilang pengalaman estetik lah...
PEREMPUAN
Perasaan estetik macam apa itu....
SI GILA 1
Berbanding lurus, dengan seorang perempuan yang menerima bunga mawar dari seorang yang dicintai dan seorang darwisy menikmati tarian-tarian estetiknya hingga tak sadarkan diri.
PEREMPUAN
Tetap saja mengerikan....
SI GILA 3
Iyaa, dalam anggapanmu.
SI GILA 1
Banyak kasus bagaimana orang dianggap tidak normal dan gila hanya karena tubuhnya sendiri dijadikan bahan percobaan untuk ide-idenya. Nietzsche dengan kesunyian dan keganjilannya yang berujung dengan fonis gila, foucault dengan eksperiment-eksperimentnya yang juga dianggap gila...
PEREMPUAN
Diruangan ini..!!
SI GILA 1
Pada dasarnya sama...!!! sama-sama dianggap apnormal, ganjil, bahkan gila. Dan harus dijauhkan dari masyarakat umum. Karena keganjilan dan kegilaan ini adalah penyakit menular tanpa ada obatnya.
SI GILA 3
Ingat..!! bisa jadi, dimana ada racun disitu pula-lah penawarnya.
SI GILA 2
Kalau begitu (ia memutar-mutar otaknya lalu tersenyum)
SI GILA 2, 3, & PEREMPUAN
Ya, benar..!!
SI GILA 2
Mari kita cari penawarnya...
SI GILA 1
Percuma...!!! (semua ,menoleh padanya) karena aku meresa tidak gila, aku baik-baik saja. Lihatlah (ia memutar-mutar badannya) mereka menganggapku gila karena apa yang aku lakukan berbeda dengan mereka aku yakin aku masih normal seperti mereka. Dan aku tidak mau mencari penawar itu, karena-
SI GILA 3
Kalau ucapanmu benar, kenapa mereka mengurung kita disini...?!?
PEREMPUAN
Benar...!!!
SI GILA 3
Dengan berbagai macam alat, yang kalau aku lihat semacam berbagai cara untuk bunuh diri.
SI GILA 2
Saya akan tetap mencari penawar itu, kalau kalian tidak mau, aku akan mencarinya sendiri. Dan kau, tetaplah meringkuk sendiri bersama kesepian dan kesunyianmu. Dan jangan lupa, berdo’alah semoga ini bukan takdir atasmu.
(semua mencari kecuali si gila 1, ia tetap memeluk kedua kakinya, pandangan matanya nanar kedepan)
PEREMPUAN
Kayaknya dalam ruangan ini tidak ada apa-apa, selain benda-benda yang mengerikan ini. (ia berjalan medekati tali gantungan) aku teringat teman kecilku dulu, ia aku kenal seorang anak laki-laki yang sangat lucu dan periang. Dan pada saat itu disekolahan kami baru di berlakukan aturan memakai seragam sekolah. Setelah kami menerima pelajaran P4, semua anak meminta seragam sekolah pada orang tuanya masing-masing. Kalau tidak salah (berusaha mengingat-ingat) hari senin, ya hari senin, seusai upacara bendera, kepala sekolah mengumumkan bahwa salah satu teman kami ada yang meninggal gantung diri karena malu tidak dibelikan sepatu.
SI GILA 3
Dasar perempuan..!! emosional, kasus klasik yang diceritakan dengan sangat dramatik. Sudahlah, cepat cari penawarnya....
PEREMPUAN
Memang benar kasus klasik, tapi masih berlaku sampai saat ini dan saya rasa tidak bisa kita abaikan begitu saja, kalau kasus ini terjadi pada anakmu, bagaimana...?!?
SI GILA 3
Beruntung sampai saat ini saya tidak punya anak. Jadi yaa, saya tidak bagitu menghiraukannya.
PEREMPUAN
Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau anak saya tidak sekolah. Tentunya masa depannya akan suram. Mungkin akan menambah pengangguran atau lebih parah lagi menjadi gelandangan.
SI GILA 2
Hai, (pada si gila 3) apa pekerjaanmu sebelum dimasukkan ke sini...?!?
SI GILA 3
Aku...?!? tidak bekerja, tidak ad yang menerima karena terlalu banyak bicara.
SI GILA 2
Karena sekolah juga tidak bisa menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang enak, maksudku gajinya besar.
SI GILA 1
Karena kita sama-sama dibohongi , sekolah kemudian dapat kerja dengan gaji yang besar lalu hidup makmur, begitukan janjinya. Hahaha, Tahi Kucing...!!!
PEREMPUAN
Memang begitu..!!
SI GILA 1
Kalau orang melarat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya, ia tidak mempunyai pekerjaan, kemudian selamanya akan melarat, benar begitu...?!?
PEREMPUAN
Benar, itu adalah akibat kalau anak tidak disekolahkan, apanya yang salah. Yang salah adalah kedua orang tuanya.
SI GILA 3
Kalau tidak ada biaya bagaimana bisa menyekolahkan anaknya...?!? dan biaya sekolah sekarang sangat mahal, belum lagi aturannya yang ruwet sa’ ènak’è udelè dè dèwè.
SI GILA 1
Begitulah bagaimana hegemoniknya tatanan kenyataan ini, seolah-olah apa yang menjadikan impian, cita-cita, bahkan waktu kematian kita kita ditata dengan sedemikian rupa, tanpa disadari.
(tiba-tiba si gila 2 menjatuhkan badanya, terlentang. Pergelangan tangannya tampak sayatan dan berdarah, sangat banyak dan tangan yang lain memegang silet).
PEREMPUAN
(menjerit, mendekat ketubuh sigila 2, yang disusul si gila 3) apa tidak ada yang bisa kita lakukan...?!? cepat kamu panggil sipir...!!!
SI GILA 1
Percuma, karena nyawa kita tidak ada harganya buat mereka. Kenapa susah-susah kita berusaha menyelamatkan nyawanya...?!? itu adalah pilihannya, tentunya dialah yang harus menanggung semua penderitaannya, kalaupun maut itu terasa mengerikan.
SI GILA 2
Jangan..!! (dengan tersenyum dan suara berat) benar, ini adalah pilihanku, pilihan yang telah aku citi-citaka sebelumnya, sebelum aku dimasukkan disini. Dan aku mengira apa yang dikatakan si gila (pada si gila 1) adalah masuk akal, dan aku rasam sudah tidak ada harapan. Dan satu-satunya harapan adalah kematian sebagai jalan untuk mengakhiri penderitaan ini. (mati)
(perempuan dan si gila 3 tertunduk, memberikan penghormatan terikhir pada temannya).
PEREMPUAN
(menuju tiang gantungan) mungkin benar apa yang dikatakan (menoleh pada mayat si gila 2) apa yang terjadi dalam diri kita adalah takdir dan kematian kitapun telah bisa direncanakan dengan sangat matang. Digantungan inilah penawar yang sejak tadi kita cari-cari, maka (ia mulai memasang gantungan itu pada lehernya) inilah solusi terakhir, dan-
SI GILA 1
Apa perempuan ditakdirkan selalu emosional…?!?
PEREMPUAN
Karena itu takdir…!!!
SI GILA 1
Kau masih ingat..!!, diman ada racun disitu pulalah penawarnya. Kau tahu dimana racun itu berada…?!? Apa berada diruangan ini…?!? Coba, apakah kau bisa membalik prosentase emosional dan rasionalmu…?!? Aku yakin itu bukan takdir, tapi sengaja dibentuk entah oleh siapa. Keputusannya ada pad dirimu, keluar dari otakmu atau sebaliknya, emosionalmu.
PEREMPUAN
(berfikir sebentar) tidak, racun itu dalam tubuh ini, lebih tepatnya dalam tempurung kepala ini. Karena isi didalamnya-lah aku terseret masuk dalam ruangan ini. Dianggap tidak normal, gila, dan penyakit masyarakat. Ya, aku tahu..!! (melepaskan gantungan dari lehernya, kemudian berjalan mondar-mandir)
SI GILA 3
Penundaan kematian akan semakin memperbasar penderitaan yang harus ditanggung. Bukankah kita sudah tidak ada kesempatan untuk menghirup udara kebebasan dalam bumi ini, tolong beri tahu aku diman dari sisi dunia yang tanpa berpenghuni…?!? Setidaknya terdapat manusia yang sama dengan kita.
SI GILA 1
Sama-sama dianggap gila dan harus dipisahkan dengan masyarakat banyak, begitu…?!?
PEREMPUAN
Bukan dianggap gila, tapi memang gila, dan sudah seharusnya dipisahkan dengan masyarakat banyak yang normal.
(dari depan panggung muncul sipir dengan pengawalnya, ia berjalan sambil bertepuk tangan)
SIPIR
Bagus, bagus (tetap bertepuk) seret mayat itu keluar (perintahnya pada pengawal), dan sekarang pertanyaannya adalah, ah sebentar (ia duduk menghadapi meja dengan kedua kakinya ditumpangkan diatasnya, menyulut pipa) kamu…!!! (pada si gila 1) anggap saja saya ini psikolog yang berusaha dengan keras menyembuhkanmu. Bagaimana, apa kamu yakin dengan ke-abnormalan dan kegilaanmu…?!? Dan apakah suatu keniscayaan kamu dipisahkan dengan orang yang normal dan waras…?!? (si gila 1 diam) kau…!!! (pada perempuan)
PEREMPUAN
Saya telah berfikir dengan keras, dan ternyata benar apa yang bapak katakana, dan apa yang bapak lakukan adalah suatu keniscayaan.
SIPIR
Ya…ya…ya… setelah sekian lama kau disini, sudah tampak perubahan (dengan anggukan dan kebanggaan). Pengawal…!!! (disusul dengan langkah lebar pengawal dari depan panggung) bawa keluar dan bebaskan perempuan ini. (pengawal membawa nperempuan keluar panggung), dan yang terakhir, bagaimana dengan kamu…?!? (pada si gila 3)
SI GILA 3
Saya pikir, jawabanku tidak jauh beda dengan jawaban perempuan itu (jawabnya dengan antusias)
SIPIR
Baik…baik…., ternyata kau meresa telah waras. Pengawal…!!! Bawa laki-laki ini keluar ruangan…!!!
SI GILA 3
Terima kasih pak..!!
SIPIR
Bawa keruangan sebelah, siksa dia sampai mampus..!! hahahaha...lucu...lucu.... Dan kau, kenapa kau hanya diam...?!? kau tahu, aku adalah bentuk lain dari kekuasaan dalam ruangan ini dan tentunya tidak ada pilihan lain, selain harus menurt, bagaimana...?!? (mendekat pada si gila 1, tapi ia tetap diam) baiklah, tentunya kua telah berfikir tentang peristiwa tadi, sanmgat masuk akal bukan, apa yang telah aku lakukan, setidaknya menurut akalku...?!? bagaimana jawaban yang sama dengan hukuman yang berbeda, aku tahu kau anggap aku tidak adil dalam hal ini bukan...?!? tapi jangan kawatir, aku tidak akan menjelaskan kenapa itu terjadi, memang disitulah misterinya. Dan kau tentu faham bagaimana rasanya, hidup tanpa misteri, tanpa teka-teki, tanpa permainan, tanpa ini semua mengkin kehidupan ini tidak layak untuk dihidupi. Dan seperti yang kau inginkan, aku berikan keterasingan dan kesunyian padamu, tentunya dengan beberapa aturan, biar keliaranmu bisa tertata dan terkontrol sedemikian rupa. Oke...!!! selamat menikmati keterasingan dan kesunyianmu sendiri (keluar dengan langkah lebar sambil menghisap pipanya).
SI GILA 1
Hahahaha...., mereka semua yang menganggap aku gila, adalah waras menurut anggapannya sendiri dan gila menurut dirinya sendiri, apa perbedaannya...?!?
The End
Pemain :
* Lia Aghnia Fitri (lia)
* Iwan Santoso (nawi)
* Munir (samèn)
* M. Machin (kinto)
Naskah / Sutradara :
* M. Machin
Penata Cahaya:
* Munif Tohari (jepank)
Penata Panggung & Setting:
* Keluarga Teater 2-Puluh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Tags