NARATOR
Apa yang ada dalam kepalaku ini........
Sebuah
kebenaran yang telah ditancapkan ketika aku pertama kali nyirnyirnya
darah kehidupan ini, dari setetes kebahagiaan ayng telah membatu.
Berbagai macam kata dan kalimat saling sengkarut, menjadi atau dianggap absah sebagai pengetahuan.
Sebuah janin yang nantinya kita anggap sebagai kebenaran
Dan tunggulah suatu saat ia akan menguasai kita
Mengusai ras yang bernama manusia, dan inilah sebuah narasi yang tak sempat terbaca, atas matinya manusia........
SI GILA 1
Waktunya sebentar lagi akan tiba (dengan gemetar dan ketakutan),
Ketika semua manusia berfikir tidak atas nama dirinya, Ketika
keyakinannya melampaui batas yang tak terhingga, Batas yang kebenarannya
telah ditentukan Tuhan sebelumnya. Alur keabadian telah mengguncang dan
memporak-porandakan Tatanan kosmis, menjadikannya pecah
berkeping-keping, Dan serpihan kebenarannya telah menancap dalam
tempurung otakku. Dan “aku” dipaksa untuk menjadi agen kebenaran yang
sengaja telah diciptakan, Ditata, dilemahkan, kemudian diganti dengan
kebenaran baru yang –
SI GILA 2
Harus segera mendekatkan diri-
SI GILA 1
Semakin asing dan tak terpahami, aku telah dijadikan kelinci percobaan oleh-nya.
Setiap hari aku makan, jalan-jalan, menggauli istri, kemudian mencuci kelamin palsu lalu tidur dan bermimpi bertemu tujuh bidadari yang semuanya memakai baju besi.
Apa....?!? mendekatkan diri...?!? (terkejut dan merèmèhkan)
Hahahaha...... jadi kau tidak tahu...? coba dengar, kata Tuhan
telah hilang dari korpus resminya, menghilang secara misterius, terbang
seperti angin, oh tidak...tidak...tidak, seperti lukisan perempuan yang
meliuk-liuk dalam tempurung otakmu, kemudian.....hahaha.....
SI GILA 2
Pada kematian...!!!
SI GILA 1
Apa kua bilang...?!? caba ulangi sekali lagi...!!!
SI GILA 2
Tentunya
kau tidak terlalu bodoh untuk membuat satu kesimpulan tanpa terlebih
dahulu menata premis-premisnya. Tapi menurutku, penyakitmu belum sampai
stadium lanjut, masih ada, dan saya kira masih banyak obatnya.
Tentunya......
SIGILA 1
Coba
katakan, katakan, apa yang harus segera aku telan, teteskan, atau bila
perlu aku bersedia untuk dibedah dan menyayat tubuhku dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Kau tahu, aku telah bermimpi tentang oabt-obat itu.
Jadi..... bisa diberikan sekarang...?!?
SI GILA 2
Oh, tidak, tidak.....
SI GILA 1
Lantas.....?!?
SI GILA 2
Jangan hawatir (tersenyum) amat banyak obat dan caranya.
SI GILA 1
Tidak keberatan kalau diberikan padaku satu...?!? (mencoba merayu)
SI GILA 2
Tidak cuma sama satu, tai semuanya....
SI GILA 1
Ha...(terkejut) benar...?!?, (tertawa terbahak-bahak) kau lebih pantas menjadi kuda hitam, tapi bukan maksudku memperpendek umurmu. Tapi begitulah kenyataanya, (diam sebentar dengan memutar-mutar bola matanya) lebih tepatnya (dengan berbisik) kebenarannya.
SI GILA 2
Iya,
kau benar. Di negeri ini, yang katanya menjunjung tinggi hak manusia,
tapi ketika orang bicara dengan atas nama manusia pasti mati muda.
Penyakit telah menjangkiti setiap isi negeri ini.
SI GILA 1
Dan kau, berapa umurmu...?!?
SI GILA 2
Kalau aku menyinggung perasaanmu, sebelumnya maafkan aku. Baiklah (menghembuskan nafas berat)
sebenarnya, aku tidak masuk dalam alur cerita, setting maupun waktu,
bahkan aku tidak pernah dianggap sebagai manusia, lebih tepatnya hanya
sebagai golongan tersendiri atas ras manusia dalam skenario ini. Sekali
lagi maafkan aku, kau amnesia...?!? atau otakmu telah dicuci
bersih...?!? ataukah, (seolah ragu untuk meneruskan) kau memang gila...?!?
SI GILA 1
Makanya
kau bisa dan mampu bertahan sampai sampai tumbuh uban. Aku tidak
meragukannya, sebaliknya, sangat percaya. Asal kau tidak lagi bicara
layaknya presiden negeri ini. Suaranya menggema seperti singa, berwibawa
seperti srigala. Tapi jangan heran, ketika kau dekati dan coba kau
jitak kecil tempurung kepalanya, kemudian dengarkan. Didalamnya kosong
tidak ada apa-apa, karena “apa-apa”-nya telah digantung indah diatas
menara gedung putih.
SI GILA 2
Kau tahu dari mana...?!?
SI GILA 1
Tukang cukur...!!! (tertawa terbahak-bahak)
SI GILA 2
Sssttt...., ada yang datang...!!! (keduanya diam)
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua-satu-dua (muncul dari kanan panggubng)
(Keduanya mengamati dan heran melihat orang berjalan dengan kedua tangannya)
SI GILA 1
Ahahaha....(ia meringis kesakitan, memegangi kepalanya) mana obatnya, mana obatnya. Cepat, penyakitku kambuh, dan aku sudah tak tahan lagi...cepat berikan...!!!
SI GILA 2
Anjing...!!! (kemudian ia menutup hidung dengan kausnya)
SI GILA 1
(tersentak dan heran)
suatu hari ada seorang pelacur berjalan pulang dari tempat mangkalnya,
aku tidak tahu, apa ia cantik atau tidak, kilitny putih mulus atau malah
hitam bersisik. Karena semua tubuh kecuali kedua matanya tertutup oleh
kain, jubah panjang yang biasa ia pakai untuk dinas malam. Ketika ia
melewati persimpangan kiri jalan, ia melihat anjing kurus dan kehausan,
entah ia tahu dari mana kalau anjing itu kehausan, kemudian ia
memberikan minum, saya juga tidak tahu dari mana ia mendapatkan air,
tapi begitulah menurut cerita yang aku dengar. Kemudian pelacur itu
dikabarkan mati dan masuk surga.
SI GILA 2
Kehebatan media masa, kokoh tak tertandingi..!!
SI GILA 1
Mungkin
sebentar lagi, tidak ada pelacur yang masuk surga. Karena jangankan
memberi minum anjing, untuk diminum sendiri saja kurang dan lagian, kita
kan tidak boleh dekat-dekat dengan anjing. Najis seperti orang melarat
di negeri ini.
SI GILA 2
Tertutup sudah pintu surga bagimu pelacur. Dan kasihan kau orang melarat di negeri ini, bumimu tak
bisa lagi digunakan untuk berpijak, udaranya tak layak untuk dihirup.
Dan tentunya setelah bergaul dengan kau orang melarat, tubuh yang suci
ini harus dibasuh tujuh kali yang salah satunya dengan tanah liat. Ah,
ternyata mengerikan juga kau orang melarat. Sumpah demi Kau Yang Maha
Kuasa, jauhkan aku dari sifat orang melarat.
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua......
SI GILA 2
Apa itu...?!?
SI GILA 1
Tidak
masuk akal kalu kita namakan dia manusia. Lihat saja, ia berbeda dengan
kita, kepalanya dua, tapi kepala kita satu. Secara fisik saja beda,
apalagi secara non-fisik.
SI GILA 2
Tapi mirip...
SI GILA 1
Dan mirip tidak selalu sama dengan, dalam tanda petik “sama”..!!, benarkan...?!?
SI GILA 2
Berarti (ia berfikir sebentar) membuyarkan orang-orang tahlilan mirip dengan membunuh singkretis agama dan budaya, begitu...?!?
SI GILA 1
Lebih
tepatnya begini: membuyarkan orang-orang tahlilan, tanda petik “sama”
dengan membunuh tradisi. Atau, membuyarkan orang-orang tahlilan, tanda
petik “sama” dengan bid’ah dan harus dibunuh.
SI GILA 2
Atau
dengan kalimat lain misalnya: kebenaran tunggal harus dihidupkan tetapi
pada saat yang sama mematikan kebenaran yang lain. Kayaknya sedikit pas
dengan kalimat ini, benar tidak...?!?
SI GILA 1
Tinggal buktikan saja, kalau kamu sebentar lagi mati berarti benar, kalu tidak berarti salah, mudahkan...?!?
SI GILA 2
(ia menyentuh dan berusaha melihat uban dikepalanya) apa sudah tumbuh uban, coba kamu lihat (ia mendekatkan kepalanya).
SI GILA 1
Jangan hawatir, sudah aku duga. Kamu akan mati tua..!!
SI GILA 3
Dua-satu-dua-satu-dua- karena kau takut mati...!!! (keduanya terheran-heran).
SI GILA 1
Kamu apa...?!?
SI GILA 2
Bisa diceritakan dari mana kau berasal...?!?
SI GILA 3
Yang jelas aku seorang sarjana dan aku dari sekolahan.
SI GILA 2
Aktivis...?!?
SI GILA 1
Gedibal penguasa...?!?
SI GILA 2
Anjing penjaga demokrasi...?!?
SI GILA 1
Alat pemanfaatan orang-orang melarat...?!?
SI GILA 1 & 2
Atau (kedua matanya melirik kanan dan kiri) musuh besar...?!?
SI GILA 3
Satu-dua-satu-dua-satu-dua...lebih
tepatnya; korban sejarah. Aku dikeluarkan dari sekolah hanya karena
tanya, kenapa sekolah harus memakai sepatu dan memakai bangku. Toh
keduanya tidak ada hubungannya dengan èncèr tidaknya otakku.
SI GILA 1
Sarjana...?!?
SI GILA 3
Kata tandingan.
SI GILA 2
Maksudnya...?!?
SI GILA 3
Maksudnya siapa...?!?
SI GILA 2
Yaa, maksudnya kamu-lah, terus siapa lagi...?!?
SI GILA 3
Hahahaha......(ia terbahak-bahak) kamu pernah sekolah...?!? (keduanya mengangguk) wisuda...?!?
SI GILA 1 & 2
Semester tujuh (jawab dengan berbarengan)
SI GILA 3
Ip...?!?
SI GILA 1 & 2
Diatas tiga koma (jawab dengan bareng)
SI GILA 3
Prèmature...?!?
masuk akal. Kalian goblok seperti dosen kalian yang sok mempunyai
legalitas terhadap ilmu pengetahuan. Kebenarannya tidak bisa di ganggu
gugat. Seolah ingin menyaingi kebenaran dalam mata Tuhan. Dan pada saat
yang sama tidak memandang manusia sebagai manusia.
SI GILA 1
Apa ada penjelasan lain...?!?
SI GILA 3
Kamu tadi bertanya dengan kalimat; maksud-nya..?? betul tidak...?!? tidak salah (si gila 2 mengangguk) dan kamu bertanya dengan siapa...?!? sama aku kan...?!?
SI GILA 2
Yap...!!!
SI GILA 3
Kamu dan aku kan...?!? kita berdua kan...?!?
SI GILA 2
Benar...!!!
SI GILA 3
Kamu
tahu “nya” itu kata untuk orang keberapa...?!? orang ketiga kan...?!?
berarti kamu tidak bertanya kepada saya, berarti bertanya dengan orang
lain selain kita berdua. Kalau tidak dibilang gila, kamu tidak
menganggap aku sebagai manusia, begitu...?!?
SI GILA 1
Kan sudah biasa...(timpal yang lain)
SI GILA 3
Oh, kalau sesuatu yang semula salah terus menjadi benar karena dianggap biasa, begitu...?!?
SI GILA 2
Kira-kira (tersenyum sinis)
SI GILA 3
Kalau aku terbiasa membhunuh, memperkosa, dan menganiaya keluargamu bagaimana...?!?
SI GILA 1
Tidak
mungkin, karena mereka berpakaian sopan dan tertutup, semua bagian
tubuhnya yang dianggap bisa mempompa libido laki-laki, jelasnya; sangat
sesuai dengan perintah ustadz yang berlagak selebritis. Yang setiap hari
mengobral janji-janji kenikmatan surga, memakai kostum layaknya agamawan beneran.
SI GILA 3
Kamu tahu pemerkosaan pertama kali dari mana...?!?
SI GILA 1
Negeri padang pasir, dalam tanda petik “Arab”.
SI GILA 3
Kenapa tidak terjadi di Texas atau Hawai misalnya...?!?
SI GILA 2
Seorang
perempuan yang hamil baru tiga atau empat bulan, memakai daster
kembang-kembang warna putih transparan. Berjalan sendiri, aku telah
memperkosannya dengan atas nama cinta. Beberapa kali dengan perempuan
yang berbeda, tapi sama-sama lagi hamil tiga atau empat bulan, karena
itu kemauan hasrat libidoku yang aku anggap sangat fundamental.
SI GILA 1
Hahahaha,
kalau hasrat libidoku sangat suka dengan perempuan paruh baya yang
berdandan mènor. Dengan dada dan bokong yang sangat besar, karena
disitula hasrat libidoku akan dilabuhkan, seperti berlayar dalam
samudera dengan badai yang mengamuk, sengguh dahsyat.
SI GILA 3
Dua-satu-dua-satu-dua-satu...mahjalah play boy...
SI GILA 1 & 2
Tidak masuk dalam kualifikasiku (jawab bareng)
SI GILA 3
Kenapa dicekal...?!?
SI GILA 2
Sssttt...(matanya melirik kana-kiri)
jangan terlalu lantang. Banyak mata dan kuping yang berkeliaran dalam
ruangan ini, tidak kelihatan karena mereka seperti iblis yang menjelma
udara yang kita hirup, menelusup dalam kerongkongan, turun kejantung
dengan sangat halus dan lembut.
SI GILA 1
Politis ( jawabnya nyaris berbisik) isu pesanan untuk merebut kekuasaan. Untuk membangun Negara agama di negeri ini. Agama dengan kebenaran tunggal, negeri ini yang berbeda-beda harus dijadikan satu. Apapun yang terjadi, mereka telah mengangkat panji-panjiu itudan sebentar lagi akan dikibarkan.
SI GILA 3
Dan “yang lain”...?!?
SI GILA 1
Dikejar dan dibumi hanguskan. Sudah...!!! lebih baik tanya yang lain saja. Yaa, biar darah kita tidak menjadi halal, itu saja.
SI GILA 2
Tuhan,
apakah yang salah dalam kitab suci-Mu, aku telah melihat negeri ini
akan menjadi negeri “fasis” seperti di Rusia, tapi mereka tidak sadar (suaranya hampir berbisik), dan yang sadar, sebagian telah dibungkam dan yang lain telah dikumpulkan dalam ruangan seperti ini tapi bagian yang lain.
SI GILA 3
Mereka
diberi otak, tapi rupa-rupanya tidak serius menggunakannya. Agama
berubah dijadikan Tuhan, dan Tuhan yang sebenarnya telah diusir entah
kemana.
SI GILA 1
Tuhan yang di usir hanya dimiliki orang-orang miskin, melarat, tertindas, dilemahkan, di intimidasi dan dicuci otaknya.
SI GILA 3
Beruntung aku masih punya kitab suci.
SI GILA 2
Bunyinya...?!? tapi itupun kalau kau masih percaya sama manusia, seperti aku yang tidak diperjelas jenis kelaminnya.
SI GILA 3
Begini...!!! (diam sebentar, memutar kedua matanya kesana-kemari)...Tuhan
akan mewariskan bumi ini kepada orang-orang tertindas, yang dilemahkan,
dimiskinkan, dibodohi, disakiti, dipinggirkan, dikebiri, dicuci
otaknya, yang terluka...begitulah kira-kira adaptasi artinya.
SI GILA 1 & 2
Horeee...!!! (serentak, keduanya melonjak kegirangan, musik membahana kedua penari).
SI GILA 3
Tapi waktunya kapan...?!? aku juga tidak tahu.
(musiak tiba-tiba berhenti, keduanya terkejut dan mematung)
SI GILA 1
Apa tak ada alternative...?!?
SI GILA 3
Yang aku tahu (menggelengkan kepala) tidak ada. Ia telah menancapkan dan membentuk ini (menunjuk kepada kepalanya)
dengan sangat canggih dan hampir tidak terasa dan tanpa disadari, dan
tiba-tiba kau sendiri menjadi agen kebenaran yang diciptakan, melawan
kebanaran lain yang telah ada sebelumnya. Dalam tunuhmu telah
terjangkiti penyakit itu, kau tidak bisa mengelak. Sekali kau menoleh
dari kesadaran itu maka kau akan dianggap gila, tak bermoral kemudian
darahmu menjadi halal lalu kau akan dibunuh dengan sadis atas nama
kebenaran.
SI GILA 2
Tahun ‘60-an dan ’97 / ’98...?!?
SI GILA 3
Hahahaha,
angka kebanggaan yang juga telah ditancapkan dalam otak kita. Tapi
hanya sebagai angka tanpa makna dan tidak akan berarti apa-apa. Angka
–angka itu hanya simbol kemenangan bagi orang yang cinta dengan
cangkang, tapi isinya tetap sama. Mungkin kau salah satunya...?!? atau
kau hanya melihat dilayar kaca...?!? aku tidak tahu. Yang jelas apa yang
telah dilakukan minimal sedikit merubah alur nalar, aku –
SI GILA 1
Dan reformasi...?!?
SI GILA 3
(tersenyum sinis) aku tidak percaya.
SI GILA 2
Kau fatalis...?!?
SI GILA 1
Skeptis...?!?
SI GILA 3
Apapun
yang kalian tuduhkan padaku, aku terima, tapi itu adalah kenyataan yang
tidak bisa begitu saja kita terima kehadirannya, tak ada pilihan lain
kecuali meng-amini-nya.
SI GILA 1
Hahahaha,
aku curiga; jangan-jangan tubuhmu juga telah dijadikan
laboraturiu-nya...?!? berarti kau sama dan tidak berbeda dengan kita.
Sama-sama menjadi agen kebenaran tanpa disadari. Sudah lama, aku telah
menganggap diriku buta walaupun masih bisa melihat, karena babarepa kali
aku telah terjatuh kedalam lubang yang sama.
SI GILA 2
Keledai...!!!
SI GILA 1
Aku
tidak tahu benar, apa yang kau maksudkan dengan “kenyataan” itu tadi.
Aku hanya ingin mempertanykan ulang dan aku rasa kau sendiri tidak tahu
dan tidak akan pernah tahu daru mana kau peroleh kata itu. Kalau kata
itu kau peroleh sebelum kau lahir atau setelah kau dapat membaca dan
menulis dibangku sekolah. Dan parahnya, kita tidak tahu pasti bagaimana
ia menancapkan kebenaran palsu dalam kenyataan ini tiba-tiba kita
membebek dibelakangnya tanpa tahu apa-apa.
SI GILA 3
Bebek (dengan menahan gelak tawanya) kwek-kwek-kwek-kwek (berjalan meniru bebek) kalau itu aku sangat faham, karena aku diajari sejak kecil sampai dewasa, sehingga tak perlu susah-susah belajar. Negeri –
SI GILA 1
Sssttt jangan keras-keras. Negeri inipun telah menjadi bebek besar (suaranya hampir berbisik)
siap digiring kesana-kemari tanpa tujuan yang jelas dan anehnya ini
sangat disadari kalau negeri kita dianggap negeri bebek. Tapi yang
paling aneh kita malah bisa hidup kalu tidak memerankan diri menjadi
bebek. Negeri yang benar-benar aneh...
SI GILA 2
Hidup negeri bebek (suara tawa ketiganya membahana) hidup negeri bebek......
SI GILA 1 & 3
Sssttt kau dengar, ada yang datang. (ketiganya tabloo).
(dari depan panggung terlihat sipir dengan memakai ikat kepala dari surban, baju tentara dan celana guru, menyèrèt perempuan).
SIPIR
Ibu
rumah tangga, sekaigus bisa kalian anggap sebagai pelacur; biar hasrat
libido kalian terpompa dan semakin kerasan dengan ruang kalian (ia meninggalkan perempuan itu tergeletak, lalu pergi)
(ketiga
segera mengelilingi perempuan yang masih tegeletak, nafasnya tersengal
dan kedua matanya menatap tajam, ia tidak berberak)
SI GILA 1
Barang baru ...?!?
SI GILA 2
Kayaknya iya...?!? (mengamati wajah perempuan)
SI GILA 1
Korban DOM (Daerah Operasi Militan)...?!?
SI GILA 2
Bukan-bukan, matanya sipit, takdir sebagai orang keturunan di negeri ini.
SI GILA 3
Kasihan...
SI GILA 2
Lihat kemaluannya...?!?
SI GILA 1
Jangan...!!! bisa jadi dalam kemaluannya telah dipasangi BOM (ketiganya mundur dengan serentak) mungkin salah seorang yang sudah tidak berani hidup. Teroris...!!!
SI GILA 3
Salah seorang pembela agama dengan atas
nama kematian Tuhan dan manusia. Mereka semua tidak bisa memahami hidup
dengan segala hukum yang berlaku atasnya. Potong kompas, kemudian,
kematian adalah solusi terakhir untuk menuju abadi, tanpa penindasan dan
tanpa pembunuhan. Ia adalah negeri atas awan. Lagi-lagi telah
ditancapkan dalam tempurung kepala kita, nyaris setiap hari.
PEREMPUAN
Jangan salahkan agama, mereka adalah sebagian kecil dari oknum (sela perempuan tiba-tiba, kemudian duduk dengan memeluk kedua kakinya).
Mereka
mati karena menganggap hidup ini tidak layak untuk dihidupi. Dan mereka
sangat percaya akan hal ini. Mereka mencoba mencari jalan lain, karena
kenyataan ini dirasa telah banyak menimbulkan dosa, sehingga mereka
secara berkelompok mencari duni baru yang terbebas dari semuanya. Sekali
lagi jangan salahkan agama...!!!
SI GILA 1
Hahaahahaha,
maaf, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Coba kepalamu kau
bentur-benturkan tembok dengan keras, mungkin ya, hitung-hitung menjadi
sok terapilah, biar posisi otakmu kembali seperti semula. Tidak carut
marut seperti itu.
PEREMPUAN
Maaf
kau bertanya tentang aku atau mempertanyakan posisi otakku? Bukankah
kita yang dikumpulkan dalam ruangan ini telah dianggap gila? Sehingga,
apakah beda posisi otakku dengan otakmu, kalau demikian?!
SI GILA 3
Perempuan
yang cerdas, aku suka, tapi sayang tidak hamil muda. Memang benar apa
yang tadi kau katakan, agama tidak bisa disalahkan, karena lagi-lagi
oknumlah yang harus disalahkan karena tidak memahami sekaligus
mempraktikan ajran agama secara benar, tapi-
SI GILA 2
Iya benar!
SI GILA 1
Tapi, kalau agama memang benar tapi tidak mampu mempengaruhi para penganutnya maka, bagaimana membuktikan kebenaran agama itu?
SI GILA 2
Hahahaha, aku suka! Pembelaan yang sangat kritis.
SI GILA 3
Lalu apa gunanya agama yang benar tetapi tidak mampu mempengaruhi watak para pemeluknya?
PEREMPUAN
Pertarungan
yang tidak seimbang, antara laki-laki dan perempuan. Aku mengaku kalah,
biasa perempuan harus kalah dihadapan laki-laki, begitukan kira-kira
takdirnya? Tapi bukankah kebenaran tidak untuk diperdebatkan, tapi harus
dilakukan. Ya, minimal aku telah melampauinyalah, jadi saya berhak
untuk unjuk kekuatan disini, apa ada yang tersinggung?! (tersenyum mengejek)
SI GILA 2
Misalnya?
PEREMPUAN
Aku
sangat mencintai suamiku, aku percaya padanya. Aku mencoba menjadi ibu
rumah tangga .yang baik, memasak, mencuci, bersolek untuk suami dan
meneeruskan garis keturunan. Sebuah keniscayaan menjadi ibu rumah tangga
yang ideal, setidaknya menurut yang aku pahami. Dan kebenaran yang aku
cita-citakan.
SI GILA 3
Kesalahanmu?
PEREMPUAN
Tidak
tahu! Tapi sebelum masuk kesini, seorang perempuan berwajah sangar,
meludahiku sembari berkata “dasar perempuan tradisional, tidak sadar
gender” lalu ditutup dengan menghisap rokok dalam-dalam. Coba kalian
dengar dan ingat; “tidak sadar gender” masakan
apalagi itu. Dan aku tidak dalam rangka main-main, kalimat itu yang
harus di cetak tebal sekaligus dengan huruf kapital
SI GILA 1
Bagus, bagus (dengan tepuk tangan)
teater tragedy yang akan berakhir dengan kesedihan, sekumpulan orang
yang dianggap tidak bermoral dijadikan satu, karena menghambat kemajuan
sebuah jaman. Pilihannya adalah tidak diperbolehkan mati dengan mudah.
SI GILA 3
Mengajukan petisi?
SI GILA 2
Menuliskan permintaan maaf?
PEREMPUAN
Dengan tinta darah, untuk menunjukkan keseriusan dalam penyesalan?
SI GILA 1
Sama saja, T-A-K T-E-R-M-A-A-F-K-A-N.
TITIK! Kalaupun berhasil keluar dari sini, maka asylum yang lebih besar
menanti di ujung lorong, depan gerbang bangunan ini. Karena semua orang
akan memandang dengan pandangan yang sama, sama-sama menganggap kita
gila, abnormnal dan harus diasingkan dan dijauhkan dari masyarakat luas.
Karena penyakit kita dianggap menular. Ingat, orang gila tidak boleh
ada keluarga, keluarganya adalah keterasingan dan kegilaannya.
Setidaknya menurut buku yang pernah aku baca, mengatakan demikian.
PEREMPUAN
Dan kita?
SI GILA 1
Sebenarnya
tidak boleh, tapi aku menduga konsep yang di pakai masih mentah, belum
matang. Tunggulah dua puluh atau lima puluh tahun yang akan datang maka
dalam ruangan ini akan menghapus dan mengubur kata ganti “kita”
sekaligus memapankan kata ganti “aku, dirimu, dan mereka” sebagai
satu-satunya kebenaran tunggal, dan ini harus dipercayai..!! kamu dari
mana...?!? (tanyanya pada perempuan)
PEREMPUAN
Yang jelas, dari keluarga baik-baik. Petani...!!!
SI GILA 2
Aha..., orang agraris rupanya yaa...!?! bagaimana, masih tetap menanam padi...?!?
SI GILA 3
Atau masih menanam dendam...?!?
SI GILA 1
Atau kedua-duanya barangkali...?!?
PEREMPUAN
Sejarah yang penuh dengan geram dan air mata, bahkan darah. Jelasnya dengan bahasa mahasiswa (ia berfikir sebentar) oh ya: land reform, agraris reform, atau form form yang lainlah, yang jelas begitulah.
SI GILA 1, 2 & 3
Sssttt....!!! jangan keras-keras, nanti kedengaran orang.
PEREMPUAN
Memangnya kenapa...?!? (tanyanya dengan berbisik)
SI GILA 2
Kamu akan dianggap PKI.
PEREMPUAN
Apa masalahnya...?!? aku kan rajin sembahyang...!!!
SI GILA 1
Tidak penting kamu sembahyang atau tidak, kamu akan digorok, baru tahu rasa lho.
SI GILA 3
Aduh..!!
negeri macam apa ini...memangnya orang pintar di negeri ini semua mati
muda apa...?!? ko tidak pernah ditanyakan, hubungan PKI dengan anti
Tuhan itu apa...?!?, ko tiba-tiba main sikat saja.
SI GILA 2
Hus... itu pertanyaan yang tabu untuk dipertanyakan.,ra ilok kui...!!!
SI GILA 1
Ya,
mau diapakan lagi semuanya seolah-olah telah terjadi begitu saja. Yang
jelas siapapun itu yang membuat sejarah yang demikian detail dan
misterius sangat cerdas, aku suka dengan orang-orang cerdas. Begitu
rapi, rinci, dan tertata, ibarat puncak gunung es dan akarnya jauh
kedasar bumi.
(sepi)
SI GILA 1
Lihat....(semua menoleh keatas) gantungan tambang itu sengaja dipasang disitu, siapapun yang ingin mencoba, atau sebelah sana (semua berganti melihat sebuah meja yang penuh dengan pisau, silet....)
PEREMPUAN
Iiihhh.... mengerikan...!!!
SI GILA 2
Tidak
juga, ini semua adalah fasilitas yang diberikan pada kita. Dan mereka
yang berada di luar ruangan ini menikmatinya sebagai seni.
SI GILA 3
Ya,
benar. Sebagian orang menganggap bahwa, antara kehidupan dan kematian
terasa nikmat, melampaui kenikmatan bersetubuh dengan orang-orang yang
kalian cintai, jaraknya sangat dekat tapi begitu dahsyat...
PEREMPUAN
Seni...?!? katamu...?!?
SI GILA 1
Sekarang bayangkan, bagaimana seorang manusia dapat membantai manusia lain dengan tanpa perasaan...?!?
SI GILA 2
Ada
beberapa kemungkinan..!! bisa juga dianggap sebagai seni sehingga
kengerian dan menakutkan akan menjadi perasaan mental yang dipenuhi
dengan keindahan, hasrat, yaa....bisa dibilang pengalaman estetik lah...
PEREMPUAN
Perasaan estetik macam apa itu....
SI GILA 1
Berbanding
lurus, dengan seorang perempuan yang menerima bunga mawar dari seorang
yang dicintai dan seorang darwisy menikmati tarian-tarian estetiknya
hingga tak sadarkan diri.
PEREMPUAN
Tetap saja mengerikan....
SI GILA 3
Iyaa, dalam anggapanmu.
SI GILA 1
Banyak
kasus bagaimana orang dianggap tidak normal dan gila hanya karena
tubuhnya sendiri dijadikan bahan percobaan untuk ide-idenya. Nietzsche
dengan kesunyian dan keganjilannya yang berujung dengan fonis gila,
foucault dengan eksperiment-eksperimentnya yang juga dianggap gila...
PEREMPUAN
Diruangan ini..!!
SI GILA 1
Pada
dasarnya sama...!!! sama-sama dianggap apnormal, ganjil, bahkan gila.
Dan harus dijauhkan dari masyarakat umum. Karena keganjilan dan kegilaan
ini adalah penyakit menular tanpa ada obatnya.
SI GILA 3
Ingat..!! bisa jadi, dimana ada racun disitu pula-lah penawarnya.
SI GILA 2
Kalau begitu (ia memutar-mutar otaknya lalu tersenyum)
SI GILA 2, 3, & PEREMPUAN
Ya, benar..!!
SI GILA 2
Mari kita cari penawarnya...
SI GILA 1
Percuma...!!! (semua ,menoleh padanya) karena aku meresa tidak gila, aku baik-baik saja. Lihatlah (ia memutar-mutar badannya)
mereka menganggapku gila karena apa yang aku lakukan berbeda dengan
mereka aku yakin aku masih normal seperti mereka. Dan aku tidak mau
mencari penawar itu, karena-
SI GILA 3
Kalau ucapanmu benar, kenapa mereka mengurung kita disini...?!?
PEREMPUAN
Benar...!!!
SI GILA 3
Dengan berbagai macam alat, yang kalau aku lihat semacam berbagai cara untuk bunuh diri.
SI GILA 2
Saya
akan tetap mencari penawar itu, kalau kalian tidak mau, aku akan
mencarinya sendiri. Dan kau, tetaplah meringkuk sendiri bersama kesepian
dan kesunyianmu. Dan jangan lupa, berdo’alah semoga ini bukan takdir
atasmu.
(semua mencari kecuali si gila 1, ia tetap memeluk kedua kakinya, pandangan matanya nanar kedepan)
PEREMPUAN
Kayaknya dalam ruangan ini tidak ada apa-apa, selain benda-benda yang mengerikan ini. (ia berjalan medekati tali gantungan)
aku teringat teman kecilku dulu, ia aku kenal seorang anak laki-laki
yang sangat lucu dan periang. Dan pada saat itu disekolahan kami baru di
berlakukan aturan memakai seragam sekolah. Setelah kami menerima
pelajaran P4, semua anak meminta seragam sekolah pada orang tuanya masing-masing. Kalau tidak salah (berusaha mengingat-ingat)
hari senin, ya hari senin, seusai upacara bendera, kepala sekolah
mengumumkan bahwa salah satu teman kami ada yang meninggal gantung diri
karena malu tidak dibelikan sepatu.
SI GILA 3
Dasar perempuan..!! emosional, kasus klasik yang diceritakan dengan sangat dramatik. Sudahlah, cepat cari penawarnya....
PEREMPUAN
Memang
benar kasus klasik, tapi masih berlaku sampai saat ini dan saya rasa
tidak bisa kita abaikan begitu saja, kalau kasus ini terjadi pada
anakmu, bagaimana...?!?
SI GILA 3
Beruntung sampai saat ini saya tidak punya anak. Jadi yaa, saya tidak bagitu menghiraukannya.
PEREMPUAN
Saya
tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau anak saya tidak sekolah.
Tentunya masa depannya akan suram. Mungkin akan menambah pengangguran
atau lebih parah lagi menjadi gelandangan.
SI GILA 2
Hai, (pada si gila 3) apa pekerjaanmu sebelum dimasukkan ke sini...?!?
SI GILA 3
Aku...?!? tidak bekerja, tidak ad yang menerima karena terlalu banyak bicara.
SI GILA 2
Karena sekolah juga tidak bisa menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang enak, maksudku gajinya besar.
SI GILA 1
Karena
kita sama-sama dibohongi , sekolah kemudian dapat kerja dengan gaji
yang besar lalu hidup makmur, begitukan janjinya. Hahaha, Tahi Kucing...!!!
PEREMPUAN
Memang begitu..!!
SI GILA 1
Kalau
orang melarat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya, ia tidak
mempunyai pekerjaan, kemudian selamanya akan melarat, benar begitu...?!?
PEREMPUAN
Benar, itu adalah akibat kalau anak tidak disekolahkan, apanya yang salah. Yang salah adalah kedua orang tuanya.
SI GILA 3
Kalau
tidak ada biaya bagaimana bisa menyekolahkan anaknya...?!? dan biaya
sekolah sekarang sangat mahal, belum lagi aturannya yang ruwet sa’ ènak’è udelè dè dèwè.
SI GILA 1
Begitulah
bagaimana hegemoniknya tatanan kenyataan ini, seolah-olah apa yang
menjadikan impian, cita-cita, bahkan waktu kematian kita kita ditata
dengan sedemikian rupa, tanpa disadari.
(tiba-tiba
si gila 2 menjatuhkan badanya, terlentang. Pergelangan tangannya tampak
sayatan dan berdarah, sangat banyak dan tangan yang lain memegang
silet).
PEREMPUAN
(menjerit, mendekat ketubuh sigila 2, yang disusul si gila 3) apa tidak ada yang bisa kita lakukan...?!? cepat kamu panggil sipir...!!!
SI GILA 1
Percuma,
karena nyawa kita tidak ada harganya buat mereka. Kenapa susah-susah
kita berusaha menyelamatkan nyawanya...?!? itu adalah pilihannya,
tentunya dialah yang harus menanggung semua penderitaannya, kalaupun maut itu terasa mengerikan.
SI GILA 2
Jangan..!! (dengan tersenyum dan suara berat)
benar, ini adalah pilihanku, pilihan yang telah aku citi-citaka
sebelumnya, sebelum aku dimasukkan disini. Dan aku mengira apa yang
dikatakan si gila (pada si gila 1) adalah masuk akal, dan aku
rasam sudah tidak ada harapan. Dan satu-satunya harapan adalah kematian
sebagai jalan untuk mengakhiri penderitaan ini. (mati)
(perempuan dan si gila 3 tertunduk, memberikan penghormatan terikhir pada temannya).
PEREMPUAN
(menuju tiang gantungan) mungkin benar apa yang dikatakan (menoleh pada mayat si gila 2)
apa yang terjadi dalam diri kita adalah takdir dan kematian kitapun
telah bisa direncanakan dengan sangat matang. Digantungan inilah penawar
yang sejak tadi kita cari-cari, maka (ia mulai memasang gantungan itu pada lehernya) inilah solusi terakhir, dan-
SI GILA 1
Apa perempuan ditakdirkan selalu emosional…?!?
PEREMPUAN
Karena itu takdir…!!!
SI GILA 1
Kau
masih ingat..!!, diman ada racun disitu pulalah penawarnya. Kau tahu
dimana racun itu berada…?!? Apa berada diruangan ini…?!? Coba, apakah
kau bisa membalik prosentase emosional dan rasionalmu…?!? Aku yakin itu
bukan takdir, tapi sengaja dibentuk entah oleh siapa. Keputusannya ada
pad dirimu, keluar dari otakmu atau sebaliknya, emosionalmu.
PEREMPUAN
(berfikir sebentar) tidak,
racun itu dalam tubuh ini, lebih tepatnya dalam tempurung kepala ini.
Karena isi didalamnya-lah aku terseret masuk dalam ruangan ini. Dianggap
tidak normal, gila, dan penyakit masyarakat. Ya, aku tahu..!! (melepaskan gantungan dari lehernya, kemudian berjalan mondar-mandir)
SI GILA 3
Penundaan
kematian akan semakin memperbasar penderitaan yang harus ditanggung.
Bukankah kita sudah tidak ada kesempatan untuk menghirup udara kebebasan
dalam bumi ini, tolong beri tahu aku diman dari sisi dunia yang tanpa
berpenghuni…?!? Setidaknya terdapat manusia yang sama dengan kita.
SI GILA 1
Sama-sama dianggap gila dan harus dipisahkan dengan masyarakat banyak, begitu…?!?
PEREMPUAN
Bukan dianggap gila, tapi memang gila, dan sudah seharusnya dipisahkan dengan masyarakat banyak yang normal.
(dari depan panggung muncul sipir dengan pengawalnya, ia berjalan sambil bertepuk tangan)
SIPIR
Bagus, bagus (tetap bertepuk) seret mayat itu keluar (perintahnya pada pengawal), dan sekarang pertanyaannya adalah, ah sebentar (ia duduk menghadapi meja dengan kedua kakinya ditumpangkan diatasnya, menyulut pipa) kamu…!!! (pada si gila 1) anggap saja saya ini psikolog yang berusaha dengan keras menyembuhkanmu. Bagaimana, apa kamu yakin
dengan ke-abnormalan dan kegilaanmu…?!? Dan apakah suatu keniscayaan
kamu dipisahkan dengan orang yang normal dan waras…?!? (si gila 1 diam) kau…!!! (pada perempuan)
PEREMPUAN
Saya
telah berfikir dengan keras, dan ternyata benar apa yang bapak
katakana, dan apa yang bapak lakukan adalah suatu keniscayaan.
SIPIR
Ya…ya…ya… setelah sekian lama kau disini, sudah tampak perubahan (dengan anggukan dan kebanggaan). Pengawal…!!! (disusul dengan langkah lebar pengawal dari depan panggung) bawa keluar dan bebaskan perempuan ini. (pengawal membawa nperempuan keluar panggung), dan yang terakhir, bagaimana dengan kamu…?!? (pada si gila 3)
SI GILA 3
Saya pikir, jawabanku tidak jauh beda dengan jawaban perempuan itu (jawabnya dengan antusias)
SIPIR
Baik…baik…., ternyata kau meresa telah waras. Pengawal…!!! Bawa laki-laki ini keluar ruangan…!!!
SI GILA 3
Terima kasih pak..!!
SIPIR
Bawa
keruangan sebelah, siksa dia sampai mampus..!!
hahahaha...lucu...lucu.... Dan kau, kenapa kau hanya diam...?!? kau
tahu, aku adalah bentuk lain dari kekuasaan dalam ruangan ini dan
tentunya tidak ada pilihan lain, selain harus menurt, bagaimana...?!? (mendekat pada si gila 1, tapi ia tetap diam)
baiklah, tentunya kua telah berfikir tentang peristiwa tadi, sanmgat
masuk akal bukan, apa yang telah aku lakukan, setidaknya menurut
akalku...?!? bagaimana jawaban yang sama dengan hukuman yang berbeda,
aku tahu kau anggap aku tidak adil dalam hal ini bukan...?!? tapi jangan
kawatir, aku tidak akan menjelaskan kenapa itu terjadi, memang
disitulah misterinya. Dan kau tentu faham bagaimana rasanya, hidup tanpa misteri,
tanpa teka-teki, tanpa permainan, tanpa ini semua mengkin kehidupan ini
tidak layak untuk dihidupi. Dan seperti yang kau inginkan, aku berikan
keterasingan dan kesunyian padamu, tentunya dengan beberapa aturan, biar
keliaranmu bisa tertata dan terkontrol sedemikian rupa. Oke...!!!
selamat menikmati keterasingan dan kesunyianmu sendiri (keluar dengan langkah lebar sambil menghisap pipanya).
SI GILA 1
Hahahaha....,
mereka semua yang menganggap aku gila, adalah waras menurut anggapannya
sendiri dan gila menurut dirinya sendiri, apa perbedaannya...?!?
The End
Pemain :




Naskah / Sutradara :

Penata Cahaya:

Penata Panggung & Setting:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar