In the NAME of ROSE
PROLOG
Aku
menganggap bahwa, pada dasarnya kita adalah satu, kemudian seiring
dengan pembelahan munculah pertentangan, permusuhan, dan tumpang tindih;
bagaimana lagi, karena manusia terbebani dengan mencipta dan
memperkokoh sejarah, maka konflik harus segera dilestarikan, tapi disisi
lain, jauh dilubuk nurani kemanusiaan yang paling dasar manusia juga
rindu akan semilirnya persamaan dan sejuknya harmonisasi kesetaraan,
itulah wujud dari mimpi akan kebahagiaan,..
Sementara
aku sendiri, masih mencari apakah ada kebahagiaan diatas puing-puing
pertentangan dan permusuhan? Kalaupun mungkin kebahagiaan itu menyeruak
dari kedalaman puing-puing itu, bagaimanakah kita meraih dan cepat
mengikat erat kebahagiaan tersebut?
Aku
telah menemukan; tapi belum tentu pasti, apakah ini kebenaran ataukah
hanya sekedar harapan, karena aku sendiri tidak mungkin mampu
memastikan, hidup yang kita jalani selama ini adalah kebenaran dari
kenyataan atau malah hanya mimpi, saat lelah berhasil menyergap semangat
hidup. Bahwa, jauh di dasar diri manusia, diantara palung kesombongan
dan diatas karang kediri-an tumbuh sekuntum mawar yang sangat indah.
Mawar
itu menjadi oase para pencari, dan gugus bintang para nelayan saat
sampan kecilnya merindukan bibir pantai yang lembut karena dalam mawar
itu menyimpan makna dari perasaan ultim; puncak perasaan, bahwa kita
mampu merasakan penderitaan orang lain.
ADEGAN I
PEREMPUAN
Aku
tidak akan berpura-pura menjadi seorang yang lemah dihadapan laki-laki.
Aku adalah diriku sendiri, laki-laki hanyalah sebagian kecil dari
keseluruhan hidupku.
Coba,….coba
kamu lepaskan tanganmu dari kakiku, lepaskan!, kalau tidak mau, akan
aku cabik-cabik perasaanmu dengan kelembutanku, kelembutan seorang
perempuan.
Kamu
jelas masih menyimpan bara dalam tempurung kepala dan serambi hatimu
untuk menciptakan manusia yang seolah-olah lemah, manusia setengah jadi
yang selalu siap kau perintah sekehandak hatimu. Tapi percayalah, bahwa
sejarah tidak selamannya berpihak pada laki-laki.
LAKI-LAKI
(tertawa terbahak)
PEREMPUAN
Cukup!
Teruslah tertawa, aku yakin kamu menertawakan dirimu sendiri yang sebentar lagi akan tunduk kepadaku, kepada seorang perempuan.
Tentunya
kau sadar, bahwa semesta selalu berputar. Apa yang kemarin berada
diatas pada akhirnya akan berada dibawah. Ya, berada dibawah telapak
kakiku.
LAKI-LAKI
Mustahil!!
(lampu padam )(exit)
ADEGAN II
LAKI-LAKI
Euy,……..
Apa yang kau lakukan diatas sana?
Tempat itu terlalu tinggi untuk kau buat main-main, sekali kau salah
melangkah, taruhannya adalah nyawa. Jangan membuat konflik ini semakin
berantakan sehingga menjadi tidak jelas pangkal ujungnya dan mustahil
untuk dicari solusinya.
Hai perempuan,…..turunlah kau….
Buat apa dan tidak ada gunanya membahayakan diri sendiri. Turunlah kau….
PEREMPUAN
Ha,…..
Aku
hanya ingin merasakan apa yang dilakukan laki-laki diatas sini,
sehingga mereka selalu berambisi untuk menjadi yang diatas, malah
dipertahankan sekuat tenaga mereka. Boleh khan sekali-kali perempuan
mencoba berada diatas laki-laki.
Hmmm,….
Ternyata
indah juga semesta kalau dilihat dari atas/hijau dedaunan direngkuh
halimun pagi/menambah warna goresan dalam lukisan. Birunya lautan/yang
seolah tak bertapi itu/mengingatkan aku pada hasrat manusia yang juga
tanpa batas/,…
Sementara
menara kerangka manusia menjulang tinggi ke angkasa/belum tiba
waktu/saat kedua sayap laki-laki patah/tersungkur tak berarti dibawah
bumi/….
Kalau
laki-laki mampu berada di puncak menara gading, aku yakin aku juga akan
mampu terbang kesana, sekalian dengan kekuatan merobohkan menara itu.
LAKI-LAKI
Apa kau sudah gila!?
Bagaimana kalau angin toufan tiba-tiba menyergapmu, dan menghancurkan tulang-belulangmu hingga berkeping dan tak berbentuk?
Bagaimana kalau samudera yang kelihatan tenang itu tiba-tiba memangsamu dengan menjelma ganasnya badai tsunami?
Jangan kau kira, apa yang tampak nyata itu menjadi kebenaran yang begitu saja kita yakini keberadaannya.
Ingatlah!
Tidak ada setetes airpun dalam siluet fatamorgana, juga tidak ada segurit catpun dalam warna-warni pelangi.
Kau harus ingat itu,….!
PEREMPUAN
Ha,…
Sudah
terlanjur. Aku telah menganggap kenyataan sebagai kebenaran. Bukankah
kalimat itu yang sering kau nyanyikan saat berhadapan dengan kaum hawa?!
Tapi, kenapa sekarang kau melarang aku untuk meyakininya?!
Bukankah
sejarah sebenarnya adalah lukisan para laki-laki yang penakut?! Takut
melihat dirinya berhadapan dengan kematian? Sehingga kau akan melakukan
apapun untuk mengusir maut dari kehidupanmu, dan kalau perlu, kamu akan
dengan sengaja menghilangkan kata “maut” dari perbendaharaan dan
ucapanmu, karena kau telah menganggapnya sebagai ancaman atas
keberadaanmu, atas eksistensimu yang telah lama kau ciptakan, bangun,
dan pertahankan diatas reruntuhan tulang-belulang orang lain.
LAKI-LAKI
Ya,…
Pada
awalnya, dan aku sangat menyadari hal itu; bahwa laki-laki harus berada
diatas angin, tentunya diatas kepala kaum perempuan. Entah apapun yang
terjadi, semenjak kita dipaksa untuk lahir ke bumi ini, kita telah,..
PEREMPUAN
Apa?! Dipaksa katamu?!
LAKI-LAKI
Benar!
Kita
telah dipaksa lahir ke bumi ini, tanpa pernah diberi otoritas untuk
memilih sesuai dengan pilihan dan keinginan kita; siapa orang tua kita,
negara kita, bangsa kita, bahkan laki-laki ataukah perempuan. Kita
tiba-tiba lahir ke bumi dengan terlebih dahulu disiapkan segunung,
bahkan lebih besar, sesuatu yang begitu saja harus kita terima dengan
tanpa berkata sepata katapun. Tentunya sebelum kita mengenal kenyataan;
baju tradisi yang harus kita pakai, jubah budaya yang harus kita
sandang, dan zirah ritus keseharian yang harus kita agung-agungkan.
PEREMPUAN
Apakah kita tidak mempunyai kemampuan untuk menolak semua itu? Minimal memilih sesuai dengan selera kita?
LAKI-LAKI
Tidak!
Semua
pintu telah tertutup, dan tidak ada jalan keluar lagi. Sekali kita
mencoba keluar dari lingkaran setan, maut telah menunggu diujung jalan.
PEREMPUAN
Terus,…
Buat
apa kita hidup kalau kemerdekaan telah direnggut dari diri kita
semenjak kita masih belum lahir dan tidak tahu apa-apa?! Kalau begitu,
buat apa aku hidup kalau maknanya telah membumbung tinggi, menembus
langit, melesat cepat, entah kemana?
Baiklah, aku akan mengakhirinya sekarang juga, aku akan meloncat dari atas sini,….
LAKI-LAKI
Tunggu!!! Jangan lakukan itu!!
Karena
bunuh diri justru merupakan sikap yang picik, sikap tunduk kepada
kehendak untuk hidup itu, bukan penolakan atasnya. Kalau kau tidak
percaya, silahkan meloncat, dan aku tidak akan bertanggung jawab atas
apa yang telah kau lakukan. Iya kalau langsung mati, tapi kalau meregang
nyawa terlebih dahulu selama sebulan, apa tidak malah menyakiti diri
sendiri, dan aku kira, sakitnya tidak ada bandingnya dalam dunia ini.
Silahkan, itu pilihanmu,….
PEREMPUAN
Baiklah,….baiklah,….
Tapi
sebelum aku percaya terhadap semua yang kau bicarakan tadi, berikan aku
bukti bahwa ini semua bukan pengalihan perhatian atas apa yang selama
ini kau lakukan terhadap perempuan.
LAKI-LAKI
Ini,…ini buktinya (dengan memperlihatkan koran pada perempuan)
Aku akan membacakannya untukmu;
Kira-kira
sebanyak 1575 pemuda melakukan bunuh diri, dia dipaksa nikah oleh orang
tua si perempuan, pemuda itu sebenarnya sangat mencintai kekasihnya.
PEREMPUAN
Tapi,…
Kenapa mereka bunuh diri?
LAKI-LAKI
Dia tertekan, merasa belum sanggup untuk membahagiakan kekasihnya secara material. Ada lagi,…
Nah!, dengar,…
Empat tukang becak mengakhiri hidupnya dengan minum racun serangga, karena mereka malu pulang ke rumah saat menjelang lebaran.
PEREMPUAN
Kenapa harus malu untuk pulang?
LAKI-LAKI
Karena mereka tidak mendapatkan uang untuk membeli pakaian baru anak dan istrinya,…
Sudah…?!?
Apakah
bukti ini belum cukup untuk meyakinkanmu, bahwa tidak (bukan) hanya
perempuan yang mengalami dominasi akan tetapi laki-laki juga mengalami
hal yang
sama. Artinya,….
PEREMPUAN
Artinya,….
Kita berdua adalah korban yang sengaja dikorbankan. Tapi oleh siapa? atau apa?
LAKI-LAKI
Tentunya
oleh kehidupan itu sendiri. Kehendak hidup yang telah berhasil
menyergap dan menguasai kita, dari masih menjadi konsep dalam tempurung
kepala orang-orang tua kita, sampai sekarang, dan mungkin,….entah sampai
kapan.
PEREMPUAN
Itu
berarti, apa yang selama ini kita lakukan; saling memusuhi, membenci
bahkan bartarung satu sama lain, tidak bermakna apa-apa selain menuruti
atau bahkan gambaran dari hasrat hidup itu sendiri?
LAKI-LAKI
Benar!
PEREMPUAN
Semua ini hanya maya belaka, hanya sketsa; belum menjadi lukisan utuh mengenai kebenaran, bukan sesungguhnya?
LAKI-LAKI
Iya, benar!
PEREMPUAN
Hidup yang tanpa makna tidak layak untuk dihidupi,…
Baiklah! Aku akan mengakhirinya sekarang juga,…
LAKI-LAKI
Tunggu sebentar!!!
PEREMPUAN
Ada apa lagi?!
Kalau
kau ingin melanjutkan ketidak-merdeka-anmu, silahkan melanjutkan
hidupmu tanpa beban sama sekali, tapi jangan sekali-kali kamu bawa-bawa
aku, paham!!
LAKI-LAKI
Ha,….
Silahkan kalau kau ingin menyerah, aku akan mencarinya sendiri,…
PEREMPUAN
Tunggu,…tunggu,….
LAKI-LAKI
(hanya menoleh)
PEREMPUAN
Apa yang akan kau cari? Apa kau sudah gila!?
Hidupmu sudah diujung tanduk, tapi malah sempat-sempatnya kau bermain petak umpet.
LAKI-LAKI
Baiklah, aku akan katakan.
Aku
akan mencari sekuntum bunga mawar, mungkin saja (kali saja) sekuntum
mawar itu merupakan kunci pintu-pintu tertutup ini, sebuah jawaban dari
kebuntuan.
Kalau kau mau ikut, cepat turun, kita mencarinya bersama-sama.
PEREMPUAN
Tunggu,..tunggu,…tunggu,…
Tolong bantu aku turun dulu,….
LAKI-LAKI
Baiklah!!!
Dasar perempuan, tetap tidak mampu keluar dari perasaannya sendiri.
(mendatangi perempuan dan menggèndongnya)
PEREMPUAN
Apa
kau yakin, bunga mawar yang kau ceritakan tadi benar-benar ada? Apakah
itu bukan gambaran dari perasaanmu saja? Atau suatu kisah harapan saat
maut telah tersekat ditenggorokan? Kalau tidak sebagai bunga tidur
ketika seseorang mengalami penderitaan dalam dunia nyata.
LAKI-LAKI
Tidak!
Aku yakin bunga mawar itu ada, akan tetapi aku belum tahu pasti tempat dan letaknya.
PEREMPUAN
Apakah tidak hampir mustahil, mencari sesuatu tanpa arah dan peta?, atau,…
LAKI-LAKI
Atau,…
Kau
mau mengatakan bahwa keyakinanku ini tidak berdasar, hanya karena tidak
ada satupun serpihan kenyataan yang mampu menjelaskannya. Tapi benar!,
terkadang aku meyakini bahwa intuisi mampu menembus kenyataan, hingga
kebenaran menyeruak dari kedalamannya.
PEREMPUAN
Dan sekarang, kau malah bermain-main dengan filsafat!
LAKI-LAKI
Apa?,…apa katamu?
PEREMPUAN
Ehm,….tidak!!!
Maksudku,..Aku tadi mau bilang, bagaimana kalau seandainya kita mencarinya ke Barat?
LAKI-LAKI
Baiklah,…(Exit)
ADEGAN III
LAKI-LAKI
(dengan berbisik) dengar! Apapaun yang akan terjadi nanti, jangan berteriak. mengerti?!
PEREMPUAN
(hanya mengangguk)
Tempat
apa ini? Kelihatannya tidak ramah dengan manusia; sepi, pekat, dan tak
ada tanda-tanda kehidupan. Apakah kita telah mati? Dan ini adalah dunia
lain yang sering dilupakan bahkan ditiadakan oleh manusia barat.
(senyap)
Hai,…..
Apakah benar kita telah mati? Dan,…
LAKI-LAKI
Diam!!!
Sekali kau bertanya tentang itu lagi, maka aku akan membunuhmu, mengerti?!!
PEREMPUAN
(Hanya mengangguk, seluruh badannya gemetar)
(senyap)
PEREMPUAN
(melihat orang tua yang diam dan tak bergerak duduk diatas kursi membelakangi penonton)
Hiiiiii,….setan,…setan,….
LAKI-LAKI
Hai,..!!! (dengan berbisik)
Sudah aku bilang, jangan berteriak!!!!
PEREMPUAN
Aku takut,…
LAKI-LAKI
Jangan takut!
Kalau ada yang berniat tidak baik, akulah yang pertama akan diserangnya, dan kau ada kesempatan untuk melarikan diri.
PEREMPUAN
…………………..
LAKI-LAKI
Baik lah…
(senyap beberapa saat)
Apakah pencarian kita telah sia-sia…?!? (lemas tak berdaya / kehilangan semangat)
PEREMPUAN
Aku juga menduga demikian
LAKI-LAKI
Seolah-olah gambaran bunga mawar itu telah luntur dari keyakinanku.
PEREMPUAN
Belum…Hanya saja tulang punggung ini suda tidak kuat aku buat berdiri.
LAKI-LAKI
Aku brharap pada suatu hal. Aku ingin mati sambil ditemani mentari pagi, yang muncul dari ufuk timur
PEREMPUAN
Timur….timur…..aku punya ide, bagaimana kalau kita cari ke timur… (semangat membara lagi)
LAKI-LAKI
Baiklah… (tetap lemas)
exit)
ADEGAN IV
PEREMPUAN
…………….
LAKI-LAKI
Tidak!
Lebih
baik aku menemani dan merawatmu dari pada aku bersusah payah mengambil
mawar itu sendiri. Kalaupun mawar itu berada dalam genggamanku, aku juga
bingung; apa yang selanjutnya harus aku lakukan dengan mawar itu. Dan
lagi, mawar itu letaknya sangat tinggi, mustahil aku mampu meraihnya
sendiri tanpa dirimu.
PEREMPUAN
………
LAKI-LAKI
Sekuntum mawar itu hanyalah simbol, bagaimana perasaan kita saling bertemu dan menyatu.
Ingatlah perempuanku!
Tidak
ada apa-apa dalam bunga mawar itu selain; beberapa kelopaknya yang
berwarna merah, tangkai yang dilindungi duri-duri serta daunya yang
berwatna hijau, karena aku yakin maknanya telah bersemayam dalam diri
dan perasaan kita; kitalah yang mampu memaknai apapun yang berada diluar
kita. Sehingga bunga mawar itu tampak sebagai _ltimo penyatuan perasaan
ultim! Yaitu puncak perasaan yang mampu merasakan penderitaan orang
lain.
The End
Pemain :


Naskah / sutradara :

Tidak ada komentar:
Posting Komentar