Dalam darah Teater 2-puluh bertemu dua arus utama aliran; filsafat & theology, seperti apa yang diancangkan para founding fathers. Teater 2-puluh, secara substansial mengambil ide dasar sifat wajib Allah dengan asumsi bahwa kita semua bukan apa-apa.

In the NAME of ROSE

Rabu, 10 April 2013


In the NAME of ROSE
PROLOG
Aku menganggap bahwa, pada dasarnya kita adalah satu, kemudian seiring dengan pembelahan munculah pertentangan, permusuhan, dan tumpang tindih; bagaimana lagi, karena manusia terbebani dengan mencipta dan memperkokoh sejarah, maka konflik harus segera dilestarikan, tapi disisi lain, jauh dilubuk nurani kemanusiaan yang paling dasar manusia juga rindu akan semilirnya persamaan dan sejuknya harmonisasi kesetaraan, itulah wujud dari mimpi akan kebahagiaan,..
Sementara aku sendiri, masih mencari apakah ada kebahagiaan diatas puing-puing pertentangan dan permusuhan? Kalaupun mungkin kebahagiaan itu menyeruak dari kedalaman puing-puing itu, bagaimanakah kita meraih dan cepat mengikat erat kebahagiaan tersebut?
Aku telah menemukan; tapi belum tentu pasti, apakah ini kebenaran ataukah hanya sekedar harapan, karena aku sendiri tidak mungkin mampu memastikan, hidup yang kita jalani selama ini adalah kebenaran dari kenyataan atau malah hanya mimpi, saat lelah berhasil menyergap semangat hidup. Bahwa, jauh di dasar diri manusia, diantara palung kesombongan dan diatas karang kediri-an tumbuh sekuntum mawar yang sangat indah.
Mawar itu menjadi oase para pencari, dan gugus bintang para nelayan saat sampan kecilnya merindukan bibir pantai yang lembut karena dalam mawar itu menyimpan makna dari perasaan ultim; puncak perasaan, bahwa kita mampu merasakan penderitaan orang lain.
Dari sinilah aku memulai pencarian ini,…..


ADEGAN I
PEREMPUAN
Aku tidak akan berpura-pura menjadi seorang yang lemah dihadapan laki-laki. Aku adalah diriku sendiri, laki-laki hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan hidupku.
Coba,….coba kamu lepaskan tanganmu dari kakiku, lepaskan!, kalau tidak mau, akan aku cabik-cabik perasaanmu dengan kelembutanku, kelembutan seorang perempuan.
Kamu jelas masih menyimpan bara dalam tempurung kepala dan serambi hatimu untuk menciptakan manusia yang seolah-olah lemah, manusia setengah jadi yang selalu siap kau perintah sekehandak hatimu. Tapi percayalah, bahwa sejarah tidak selamannya berpihak pada laki-laki.
LAKI-LAKI
(tertawa terbahak)
PEREMPUAN
Cukup!
Teruslah tertawa, aku yakin kamu menertawakan dirimu sendiri yang sebentar lagi akan tunduk kepadaku, kepada seorang perempuan.
Tentunya kau sadar, bahwa semesta selalu berputar. Apa yang kemarin berada diatas pada akhirnya akan berada dibawah. Ya, berada dibawah telapak kakiku.
LAKI-LAKI
Mustahil!!
(lampu padam )(exit)


ADEGAN II
LAKI-LAKI
Euy,……..
Apa yang kau lakukan diatas sana? Tempat itu terlalu tinggi untuk kau buat main-main, sekali kau salah melangkah, taruhannya adalah nyawa. Jangan membuat konflik ini semakin berantakan sehingga menjadi tidak jelas pangkal ujungnya dan mustahil untuk dicari solusinya.
Hai perempuan,…..turunlah kau….
Buat apa dan tidak ada gunanya membahayakan diri sendiri. Turunlah kau….
PEREMPUAN
Ha,…..
Aku hanya ingin merasakan apa yang dilakukan laki-laki diatas sini, sehingga mereka selalu berambisi untuk menjadi yang diatas, malah dipertahankan sekuat tenaga mereka. Boleh khan sekali-kali perempuan mencoba berada diatas laki-laki.
Hmmm,….
Ternyata indah juga semesta kalau dilihat dari atas/hijau dedaunan direngkuh halimun pagi/menambah warna goresan dalam lukisan. Birunya lautan/yang seolah tak bertapi itu/mengingatkan aku pada hasrat manusia yang juga tanpa batas/,…
Sementara menara kerangka manusia menjulang tinggi ke angkasa/belum tiba waktu/saat kedua sayap laki-laki patah/tersungkur tak berarti dibawah bumi/….
Kalau laki-laki mampu berada di puncak menara gading, aku yakin aku juga akan mampu terbang kesana, sekalian dengan kekuatan merobohkan menara itu.
LAKI-LAKI
Apa kau sudah gila!?
Bagaimana kalau angin toufan tiba-tiba menyergapmu, dan menghancurkan tulang-belulangmu hingga berkeping dan tak berbentuk?
Bagaimana kalau samudera yang kelihatan tenang itu tiba-tiba memangsamu dengan menjelma ganasnya badai tsunami?
Jangan kau kira, apa yang tampak nyata itu menjadi kebenaran yang begitu saja kita yakini keberadaannya.
Ingatlah!
Tidak ada setetes airpun dalam siluet fatamorgana, juga tidak ada segurit catpun dalam warna-warni pelangi.
Kau harus ingat itu,….!
PEREMPUAN
Ha,…
Sudah terlanjur. Aku telah menganggap kenyataan sebagai kebenaran. Bukankah kalimat itu yang sering kau nyanyikan saat berhadapan dengan kaum hawa?! Tapi, kenapa sekarang kau melarang aku untuk meyakininya?!
Bukankah sejarah sebenarnya adalah lukisan para laki-laki yang penakut?! Takut melihat dirinya berhadapan dengan kematian? Sehingga kau akan melakukan apapun untuk mengusir maut dari kehidupanmu, dan kalau perlu, kamu akan dengan sengaja menghilangkan kata “maut” dari perbendaharaan dan ucapanmu, karena kau telah menganggapnya sebagai ancaman atas keberadaanmu, atas eksistensimu yang telah lama kau ciptakan, bangun, dan pertahankan diatas reruntuhan tulang-belulang orang lain.
LAKI-LAKI
Ya,…
Pada awalnya, dan aku sangat menyadari hal itu; bahwa laki-laki harus berada diatas angin, tentunya diatas kepala kaum perempuan. Entah apapun yang terjadi, semenjak kita dipaksa untuk lahir ke bumi ini, kita telah,..
PEREMPUAN
Apa?! Dipaksa katamu?!
LAKI-LAKI
Benar!
Kita telah dipaksa lahir ke bumi ini, tanpa pernah diberi otoritas untuk memilih sesuai dengan pilihan dan keinginan kita; siapa orang tua kita, negara kita, bangsa kita, bahkan laki-laki ataukah perempuan. Kita tiba-tiba lahir ke bumi dengan terlebih dahulu disiapkan segunung, bahkan lebih besar, sesuatu yang begitu saja harus kita terima dengan tanpa berkata sepata katapun. Tentunya sebelum kita mengenal kenyataan; baju tradisi yang harus kita pakai, jubah budaya yang harus kita sandang, dan zirah ritus keseharian yang harus kita agung-agungkan.
PEREMPUAN
Apakah kita tidak mempunyai kemampuan untuk menolak semua itu? Minimal memilih sesuai dengan selera kita?
LAKI-LAKI
Tidak!
Semua pintu telah tertutup, dan tidak ada jalan keluar lagi. Sekali kita mencoba keluar dari lingkaran setan, maut telah menunggu diujung jalan.
PEREMPUAN
Terus,…
Buat apa kita hidup kalau kemerdekaan telah direnggut dari diri kita semenjak kita masih belum lahir dan tidak tahu apa-apa?! Kalau begitu, buat apa aku hidup kalau maknanya telah membumbung tinggi, menembus langit, melesat cepat, entah kemana?
Baiklah, aku akan mengakhirinya sekarang juga, aku akan meloncat dari atas sini,….
LAKI-LAKI
Tunggu!!! Jangan lakukan itu!!
Karena bunuh diri justru merupakan sikap yang picik, sikap tunduk kepada kehendak untuk hidup itu, bukan penolakan atasnya. Kalau kau tidak percaya, silahkan meloncat, dan aku tidak akan bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan. Iya kalau langsung mati, tapi kalau meregang nyawa terlebih dahulu selama sebulan, apa tidak malah menyakiti diri sendiri, dan aku kira, sakitnya tidak ada bandingnya dalam dunia ini.
Silahkan, itu pilihanmu,….
PEREMPUAN
Baiklah,….baiklah,….
Tapi sebelum aku percaya terhadap semua yang kau bicarakan tadi, berikan aku bukti bahwa ini semua bukan pengalihan perhatian atas apa yang selama ini kau lakukan terhadap perempuan.
LAKI-LAKI
Ini,…ini buktinya (dengan memperlihatkan koran pada perempuan)
Aku akan membacakannya untukmu;
Kira-kira sebanyak 1575 pemuda melakukan bunuh diri, dia dipaksa nikah oleh orang tua si perempuan, pemuda itu sebenarnya sangat mencintai kekasihnya.
PEREMPUAN
Tapi,…
Kenapa mereka bunuh diri?
LAKI-LAKI
Dia tertekan, merasa belum sanggup untuk membahagiakan kekasihnya secara material. Ada lagi,…
Nah!, dengar,…
Empat tukang becak mengakhiri hidupnya dengan minum racun serangga, karena mereka malu pulang ke rumah saat menjelang lebaran.
PEREMPUAN
Kenapa harus malu untuk pulang?
LAKI-LAKI
Karena mereka tidak mendapatkan uang untuk membeli pakaian baru anak dan istrinya,…
Sudah…?!?
Apakah bukti ini belum cukup untuk meyakinkanmu, bahwa tidak (bukan) hanya perempuan yang mengalami dominasi akan tetapi laki-laki juga mengalami hal yang
sama. Artinya,….
PEREMPUAN
Artinya,….
Kita berdua adalah korban yang sengaja dikorbankan. Tapi oleh siapa? atau apa?
LAKI-LAKI
Tentunya oleh kehidupan itu sendiri. Kehendak hidup yang telah berhasil menyergap dan menguasai kita, dari masih menjadi konsep dalam tempurung kepala orang-orang tua kita, sampai sekarang, dan mungkin,….entah sampai kapan.
PEREMPUAN
Itu berarti, apa yang selama ini kita lakukan; saling memusuhi, membenci bahkan bartarung satu sama lain, tidak bermakna apa-apa selain menuruti atau bahkan gambaran dari hasrat hidup itu sendiri?
LAKI-LAKI
Benar!
PEREMPUAN
Semua ini hanya maya belaka, hanya sketsa; belum menjadi lukisan utuh mengenai kebenaran, bukan sesungguhnya?
LAKI-LAKI
Iya, benar!
PEREMPUAN
Hidup yang tanpa makna tidak layak untuk dihidupi,…
Baiklah! Aku akan mengakhirinya sekarang juga,…
LAKI-LAKI
Tunggu sebentar!!!
PEREMPUAN
Ada apa lagi?!
Kalau kau ingin melanjutkan ketidak-merdeka-anmu, silahkan melanjutkan hidupmu tanpa beban sama sekali, tapi jangan sekali-kali kamu bawa-bawa aku, paham!!
LAKI-LAKI
Ha,….
Silahkan kalau kau ingin menyerah, aku akan mencarinya sendiri,…
PEREMPUAN
Tunggu,…tunggu,….
LAKI-LAKI
(hanya menoleh)
PEREMPUAN
Apa yang akan kau cari? Apa kau sudah gila!?
Hidupmu sudah diujung tanduk, tapi malah sempat-sempatnya kau bermain petak umpet.
LAKI-LAKI
Baiklah, aku akan katakan.
Aku akan mencari sekuntum bunga mawar, mungkin saja (kali saja) sekuntum mawar itu merupakan kunci pintu-pintu tertutup ini, sebuah jawaban dari kebuntuan.
Kalau kau mau ikut, cepat turun, kita mencarinya bersama-sama.
PEREMPUAN
Tunggu,..tunggu,…tunggu,…
Tolong bantu aku turun dulu,….
LAKI-LAKI
Baiklah!!!
Dasar perempuan, tetap tidak mampu keluar dari perasaannya sendiri.
(mendatangi perempuan dan menggèndongnya)
PEREMPUAN
Apa kau yakin, bunga mawar yang kau ceritakan tadi benar-benar ada? Apakah itu bukan gambaran dari perasaanmu saja? Atau suatu kisah harapan saat maut telah tersekat ditenggorokan? Kalau tidak sebagai bunga tidur ketika seseorang mengalami penderitaan dalam dunia nyata.
LAKI-LAKI
Tidak!
Aku yakin bunga mawar itu ada, akan tetapi aku belum tahu pasti tempat dan letaknya.
PEREMPUAN
Apakah tidak hampir mustahil, mencari sesuatu tanpa arah dan peta?, atau,…
LAKI-LAKI
Atau,…
Kau mau mengatakan bahwa keyakinanku ini tidak berdasar, hanya karena tidak ada satupun serpihan kenyataan yang mampu menjelaskannya. Tapi benar!, terkadang aku meyakini bahwa intuisi mampu menembus kenyataan, hingga kebenaran menyeruak dari kedalamannya.
PEREMPUAN
Dan sekarang, kau malah bermain-main dengan filsafat!
LAKI-LAKI
Apa?,…apa katamu?
PEREMPUAN
Ehm,….tidak!!!
Maksudku,..Aku tadi mau bilang, bagaimana kalau seandainya kita mencarinya ke Barat?
LAKI-LAKI
Baiklah,…(Exit)
ADEGAN III
LAKI-LAKI
(dengan berbisik) dengar! Apapaun yang akan terjadi nanti, jangan berteriak. mengerti?!
PEREMPUAN
(hanya mengangguk)
Tempat apa ini? Kelihatannya tidak ramah dengan manusia; sepi, pekat, dan tak ada tanda-tanda kehidupan. Apakah kita telah mati? Dan ini adalah dunia lain yang sering dilupakan bahkan ditiadakan oleh manusia barat.
(senyap)
Hai,…..
Apakah benar kita telah mati? Dan,…
LAKI-LAKI
Diam!!!
Sekali kau bertanya tentang itu lagi, maka aku akan membunuhmu, mengerti?!!
PEREMPUAN
(Hanya mengangguk, seluruh badannya gemetar)
(senyap)
PEREMPUAN
(melihat orang tua yang diam dan tak bergerak duduk diatas kursi membelakangi penonton)
Hiiiiii,….setan,…setan,….
LAKI-LAKI
Hai,..!!! (dengan berbisik)
Sudah aku bilang, jangan berteriak!!!!
PEREMPUAN
Aku takut,…
LAKI-LAKI
Jangan takut!
Kalau ada yang berniat tidak baik, akulah yang pertama akan diserangnya, dan kau ada kesempatan untuk melarikan diri.
PEREMPUAN
…………………..
LAKI-LAKI
Baik lah…
(senyap beberapa saat)
Apakah pencarian kita telah sia-sia…?!? (lemas tak berdaya / kehilangan semangat)
PEREMPUAN
Aku juga menduga demikian
LAKI-LAKI
Seolah-olah gambaran bunga mawar itu telah luntur dari keyakinanku.
PEREMPUAN
Belum…Hanya saja tulang punggung ini suda tidak kuat aku buat berdiri.
LAKI-LAKI
Aku brharap pada suatu hal. Aku ingin mati sambil ditemani mentari pagi, yang muncul dari ufuk timur
PEREMPUAN
Timur….timur…..aku punya ide, bagaimana kalau kita cari ke timur… (semangat membara lagi)
LAKI-LAKI
Baiklah… (tetap lemas)
exit)
ADEGAN IV

PEREMPUAN
…………….
LAKI-LAKI
Tidak!
Lebih baik aku menemani dan merawatmu dari pada aku bersusah payah mengambil mawar itu sendiri. Kalaupun mawar itu berada dalam genggamanku, aku juga bingung; apa yang selanjutnya harus aku lakukan dengan mawar itu. Dan lagi, mawar itu letaknya sangat tinggi, mustahil aku mampu meraihnya sendiri tanpa dirimu.
PEREMPUAN
………
LAKI-LAKI
Sekuntum mawar itu hanyalah simbol, bagaimana perasaan kita saling bertemu dan menyatu.
Ingatlah perempuanku!
Tidak ada apa-apa dalam bunga mawar itu selain; beberapa kelopaknya yang berwarna merah, tangkai yang dilindungi duri-duri serta daunya yang berwatna hijau, karena aku yakin maknanya telah bersemayam dalam diri dan perasaan kita; kitalah yang mampu memaknai apapun yang berada diluar kita. Sehingga bunga mawar itu tampak sebagai _ltimo penyatuan perasaan ultim! Yaitu puncak perasaan yang mampu merasakan penderitaan orang lain.
The End
Pemain :
* Iwan Santoso (Nawi)
* Lia Aghnia Fitri (Lia)
Naskah / sutradara :
* M. Machin (Kinto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Tags