TITIK KOMA
SINOPSIS
Songkah titipan...dibawa kemana...?!? untuk siapa...?!? dibawah langit, diantara langit-langit terpendam sebuah kebenaran...???
NARATOR
Aku...sosok
perempuan yang dijual suami, keluargaku berantakan, selalu diwarnai
pertengkaran sampai kandunganku semakin membesar menjelang 7 bulan dan
akhirnya....
ADEGAN I
(tertawa sambil membawa botol minuman dan banyak mainan anak kecil disekelilingnnya).
SOSOK I
Aborsi...aborsi...aborsi (sambil tertawa), aku sosok penantian dalam kegelapan. Kerinduanku sudah bukan lagi sebuah harapan (tertawa). (berteriak)
bangsat....laki-laki tidak bertanggung jawab, eksploitasi, benar-benar
sialan. Wanita hanya untuk pelampiasan nafsu, pemanfaatan, dan (menghembuskan nafas dalam-dalam)...tidak kau bunuh saja aku sekalian, biar aku puas dalam gengamanmu.
(hening)
Kosong,
sepi, sunyi. Mengantar jiwa kedalam sukma mengalir bagaikan air yang
tidak punya arah, terpelanting luka nanar bernanah. Bayangmu yang selalu
timbul tenggelam dalam ingatanku.
(menangis terisak-isak dan pandangan mengarah keperut)
Wajah
buram semakin menyelimuti luka, seandainya kau bisa bicara, kau akan
memberontak seketika dan jika kau bisa mendengar, kau pasti akan
menangis seketika. Orang bilang kau adalah dosa yang terpendam dari
kebencian.
Sungguh
ibumu ingin mengeluarkanmu dengan paksa biar tidak ada lagi
persoalan-persoalan dalam kehidupanmu kelak. Namun hati tak kuasa untuk
menggerakkan kedua tangan ibumu, semuanya kaku tak berdaya.
(bermain air dalam tong)
Aku
berada dalam ruang yang dibatasi...sangat dibatasi...berada diatas
bumi, dibawah langit. Yang bermula dari air suci tersimpan dalam rahim
seorang perempuan, lalu dikeluarkannya melalui vagina. Aku dilahirkan
dimana aku tidak ingin dilahirkan,...seperti kalian juga. Saat itu...aku
menangis bukan karena aku bahagia melainkan otk dan hati dibebani oleh
benyak pertanyaan-pertanyaan.
(hening dan terdiam, perlahan memasuki tong yang ada dihadapannya (dalam keadaan bingung).
Aku
berada dalam ruang dimana aku tidak tahu, tidak dibatasi, dan tidak
terbatasi, seperti air mengalir yang bermuara, aku dalam ketakutan
dicekam oleh pikiran-pikiran yang tak mampu aku kendalikan, mengakar dan
terus mengakar.
(mengambil sebatang rokok (santai).
Aku
dilahirkan dari buah pikiran dan harapan orang-orang yang tidak aku
kenal sebelumnya, ...seperti kalian juga, terpaksa dan dipaksa
membendung ombak kematian otak, diteror oleh ke-tidak-pasti-an dengan
menumpuk banyak harapan. Orang-orang yang hanya pandai berkeluh kesah
dlam menanamkan harapan. Namun aku hanya diam menghisap sebatang rokok
dengan menikmati secangkir kopi dan ....ah... itulah pekerjaanku. Kau
tahu aku adalah sosok yang mencari kebenaran didalam segelas kopi, aku
hanya pandi menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya tanpa
beban.
Hai...(mengarah keperut)
apa kau tidak bisa berhenti sejenak hanya sekedar memberikan kesempatan
pada ibumu bernafas dengan tenang. Tidakkah kau bisa mendengar, mohon
jangan paksa ibumu marah.
SOSOK 2 & 3
Hidup bertahan dibawah sebongkah titipan.
Dibawah kemana dan untuk siapa
Perlahanlah tertelungkup, dan
Dimana keberadaan kebenaran
Dibawah langit,
Diantara langit-langit,
Penuh kabut....,
Ditengah penat....,
Terpendam kebenaran,
SOSOK 1
(tertawa keras) aku tidak ada bedanya denga orang gila dijalanan yang berkeliaran tanpa dosa, ibu (sambil tertawa sinis)
persetan dengan istilah itu, aku tidak mau menjadi seorang ibu. Aku
bunuh saja anak dalam kandungan ini, tidak....sama halnya aku membawa
dosa, atau aku bunuh diri saja biar tidak ada tanggung jawab diatas
semua ini, tidak....tidak....tidak....
SOSOK 3
Sunyi itu wajah dingin
Keinginan adalah harapan
Mimpi adalah kenyataan yang tertunda
Do’a lebih baik dari pada hanya menumpukkan harapan
Karena do’a adalah harapan itu sendiri
Nyanyian hati terus bersenandung
Perlahan mencari kesejatian
Berkaca, terus berkaca dan terus berkaca
Membaca hati menuntun jiwa
Menepis keresahan menjemput keberadaan dalam gelap
Berkaca dan terus berkaca
Tenangkan hati, tenangkan jiwa
Membentuk satu kata
Ucapkan syukur pada-Nya
Tenangkan hati, tengkan jiwa
Hingga Tuhan dengan kuasa-Nya
Memberikan satu arti yang selama ini terpendam
SOSOK 1
(sedih kemudian marah)
Tidak...aku ini siapa...?!? (terpendam) ...yang saya tahu...aku terlahir dari tertikaian dua jenis kelamin (tertawa)
yaa…sekarang aku ingat …ada suatu peperangan yang sangat sengit, aku
terlahir dari sisa-sisa sperma yang dikeluarkan ditiap-tiap kesepian dn
kesunyian dimana imajinasi menggiring nafsu yang menggila (bloking).
SOSOK 4
(tertawa)
bunuh saja dirimu sekalian, percuma tertumpu harapan dalam dirimu,
percuma kau menangis kalau hanya meratapi sebuah penyesalan, atau bunuh
saja bayi dalam kandunganmu biar semuanya menjadi jelas (tetap tertawa)
SOSOK 2 & 3
Hidup bertahan membawa sebongkah titipan
Dibawa kemana, untuk siapa
Perlahanlah tertelungkup, dan
Dimana keberadaan kebenaran
Dibawah langit,
Dibawah langit-langit,
Penuh kabut....,
Ditengah penat....,
Terpendam kebenaran,
SOSOK 4
(Tertawa terbahak) tidak…pergi kalian dari sini, pergi kalian dari sini, aku tidak ingin membunuh diriku sendiri. (teriak)
…Tuhan…apa arti dari semua ini, Tuhan…jika benar engkau berpihak
kepadaku, bunuh aku sekarang juga, karena aku tidak mau menanggung dosa
lebih besar, Tuhan…jika kau maha segalanya pasung aku denga kuasa-Mu. (menangis) aku adalah calon seorang ibu yang dipaksa oleh suami untuk menjual diri.
The End
Pemain :
Lia (sosok 1)
Maya (sosok 2)
|
Ernisa (sosok 3)
Iis (sosok 4)
|
Naskah / Sutradara :
Ichul (Nyambèk’s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar