Dalam darah Teater 2-puluh bertemu dua arus utama aliran; filsafat & theology, seperti apa yang diancangkan para founding fathers. Teater 2-puluh, secara substansial mengambil ide dasar sifat wajib Allah dengan asumsi bahwa kita semua bukan apa-apa.

TITIK KOMA

Kamis, 11 April 2013


TITIK KOMA
SINOPSIS
Songkah titipan...dibawa kemana...?!? untuk siapa...?!? dibawah langit, diantara langit-langit terpendam sebuah kebenaran...???
NARATOR
Aku...sosok perempuan yang dijual suami, keluargaku berantakan, selalu diwarnai pertengkaran sampai kandunganku semakin membesar menjelang 7 bulan dan akhirnya....
(sosok putih terlihat samar bergerak pelan penuh kegelisahan).
ADEGAN I
(tertawa sambil membawa botol minuman dan banyak mainan anak kecil disekelilingnnya).
SOSOK I
Aborsi...aborsi...aborsi (sambil tertawa), aku sosok penantian dalam kegelapan. Kerinduanku sudah bukan lagi sebuah harapan (tertawa). (berteriak) bangsat....laki-laki tidak bertanggung jawab, eksploitasi, benar-benar sialan. Wanita hanya untuk pelampiasan nafsu, pemanfaatan, dan (menghembuskan nafas dalam-dalam)...tidak kau bunuh saja aku sekalian, biar aku puas dalam gengamanmu.
(hening)
Kosong, sepi, sunyi. Mengantar jiwa kedalam sukma mengalir bagaikan air yang tidak punya arah, terpelanting luka nanar bernanah. Bayangmu yang selalu timbul tenggelam dalam ingatanku.
(menangis terisak-isak dan pandangan mengarah keperut)
Wajah buram semakin menyelimuti luka, seandainya kau bisa bicara, kau akan memberontak seketika dan jika kau bisa mendengar, kau pasti akan menangis seketika. Orang bilang kau adalah dosa yang terpendam dari kebencian.
Sungguh ibumu ingin mengeluarkanmu dengan paksa biar tidak ada lagi persoalan-persoalan dalam kehidupanmu kelak. Namun hati tak kuasa untuk menggerakkan kedua tangan ibumu, semuanya kaku tak berdaya.
(bermain air dalam tong)
Aku berada dalam ruang yang dibatasi...sangat dibatasi...berada diatas bumi, dibawah langit. Yang bermula dari air suci tersimpan dalam rahim seorang perempuan, lalu dikeluarkannya melalui vagina. Aku dilahirkan dimana aku tidak ingin dilahirkan,...seperti kalian juga. Saat itu...aku menangis bukan karena aku bahagia melainkan otk dan hati dibebani oleh benyak pertanyaan-pertanyaan.
(hening dan terdiam, perlahan memasuki tong yang ada dihadapannya (dalam keadaan bingung).
Aku berada dalam ruang dimana aku tidak tahu, tidak dibatasi, dan tidak terbatasi, seperti air mengalir yang bermuara, aku dalam ketakutan dicekam oleh pikiran-pikiran yang tak mampu aku kendalikan, mengakar dan terus mengakar.
(mengambil sebatang rokok (santai).
Aku dilahirkan dari buah pikiran dan harapan orang-orang yang tidak aku kenal sebelumnya, ...seperti kalian juga, terpaksa dan dipaksa membendung ombak kematian otak, diteror oleh ke-tidak-pasti-an dengan menumpuk banyak harapan. Orang-orang yang hanya pandai berkeluh kesah dlam menanamkan harapan. Namun aku hanya diam menghisap sebatang rokok dengan menikmati secangkir kopi dan ....ah... itulah pekerjaanku. Kau tahu aku adalah sosok yang mencari kebenaran didalam segelas kopi, aku hanya pandi menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya tanpa beban.
Hai...(mengarah keperut) apa kau tidak bisa berhenti sejenak hanya sekedar memberikan kesempatan pada ibumu bernafas dengan tenang. Tidakkah kau bisa mendengar, mohon jangan paksa ibumu marah.
SOSOK 2 & 3
Hidup bertahan dibawah sebongkah titipan.
Dibawah kemana dan untuk siapa
Perlahanlah tertelungkup, dan
Dimana keberadaan kebenaran
Dibawah langit,
Diantara langit-langit,
Penuh kabut....,
Ditengah penat....,
Terpendam kebenaran,
SOSOK 1
(tertawa keras) aku tidak ada bedanya denga orang gila dijalanan yang berkeliaran tanpa dosa, ibu (sambil tertawa sinis) persetan dengan istilah itu, aku tidak mau menjadi seorang ibu. Aku bunuh saja anak dalam kandungan ini, tidak....sama halnya aku membawa dosa, atau aku bunuh diri saja biar tidak ada tanggung jawab diatas semua ini, tidak....tidak....tidak....
SOSOK 3
Sunyi itu wajah dingin
Keinginan adalah harapan
Mimpi adalah kenyataan yang tertunda
Do’a lebih baik dari pada hanya menumpukkan harapan
Karena do’a adalah harapan itu sendiri
Nyanyian hati terus bersenandung
Perlahan mencari kesejatian
Berkaca, terus berkaca dan terus berkaca
Membaca hati menuntun jiwa
Menepis keresahan menjemput keberadaan dalam gelap
Berkaca dan terus berkaca
Tenangkan hati, tenangkan jiwa
Membentuk satu kata
Ucapkan syukur pada-Nya
Tenangkan hati, tengkan jiwa
Hingga Tuhan dengan kuasa-Nya
Memberikan satu arti yang selama ini terpendam
SOSOK 1
(sedih kemudian marah)
Tidak...aku ini siapa...?!? (terpendam) ...yang saya tahu...aku terlahir dari tertikaian dua jenis kelamin (tertawa) yaa…sekarang aku ingat …ada suatu peperangan yang sangat sengit, aku terlahir dari sisa-sisa sperma yang dikeluarkan ditiap-tiap kesepian dn kesunyian dimana imajinasi menggiring nafsu yang menggila (bloking).
SOSOK 4
(tertawa) bunuh saja dirimu sekalian, percuma tertumpu harapan dalam dirimu, percuma kau menangis kalau hanya meratapi sebuah penyesalan, atau bunuh saja bayi dalam kandunganmu biar semuanya menjadi jelas (tetap tertawa)
SOSOK 2 & 3
Hidup bertahan membawa sebongkah titipan
Dibawa kemana, untuk siapa
Perlahanlah tertelungkup, dan
Dimana keberadaan kebenaran
Dibawah langit,
Dibawah langit-langit,
Penuh kabut....,
Ditengah penat....,
Terpendam kebenaran,
SOSOK 4
(Tertawa terbahak) tidak…pergi kalian dari sini, pergi kalian dari sini, aku tidak ingin membunuh diriku sendiri. (teriak) …Tuhan…apa arti dari semua ini, Tuhan…jika benar engkau berpihak kepadaku, bunuh aku sekarang juga, karena aku tidak mau menanggung dosa lebih besar, Tuhan…jika kau maha segalanya pasung aku denga kuasa-Mu. (menangis) aku adalah calon seorang ibu yang dipaksa oleh suami untuk menjual diri.
The End
Pemain :
* Lia (sosok 1)
* Maya (sosok 2)
* Ernisa (sosok 3)
* Iis (sosok 4)
Naskah / Sutradara :
* Ichul (Nyambèk’s)
Teater 2-Puluh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Tags